Nationalgeographic.co.id - Gajah Asia yang ditangkap dari alam liar kemudian diminta untuk mengangkut kayu di Myanmar, rata-rata hidup lima tahun lebih singkat dibanding gajah pekerja yang dari awal lahir di penangkaran.
Semakin tua gajah ketika ditangkap, maka semakin besar kemungkinan mereka mati cepat. Hasil ini didapat dari analisis pemerintah terhadap 5.150 gajah – 2/5 di antaranya lahir di alam liar – dari 1951 hingga 2000.
Umur rata-rata gajah pekerja jantan dan betina yang lahir di penangkaran adalah 30 dan 45 tahun. Sementara usia mereka yang ditangkap dari alam liar, setengah dasawarsa lebih singkat.
Faktor trauma akibat dibius dan dijerat saat ditangkap, juga karena berpisah dari keluarganya, berkontribusi pada singkatnya umur gajah-gajah tersebut.
Baca juga: Tanpa Konflik, Warga Slovenia Bisa Hidup Berdampingan dengan Beruang
“Kehidupan gajah dipengaruhi oleh stres jangka panjang yang berasal dari pengalaman sebelumnya dan kehidupan baru di penangkaran,” kata Mirkka Lahdenpera, pemimpin penelitian sekaligus profesor dari University of Turku.
Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa gajah Asia maupun Afrika merupakan makhluk sosial. Anak gajah yang dipisahkan dari ibunya dapat menderita trauma jangka panjang.
Saat ini, ada sekitar lima ribu gajah dewasa yang bekerja di Myanmar. Mereka biasanya mengangkut batang pohon yang baru ditebang dari hutan ke pabrik.
Membawa luka
Di Myanmar, mamalia besar ini dilindungi oleh peraturan pemerintah yang membatasi beban dan waktu kerja mereka.
Mirip seperti manusia, gajah pekerja ini mendapatkan hari libur, cuti hamil, dan masa pensiun.
Source | : | AFP |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR