Nationalgeographic.co.id - Selama ini, manusia memelihara sapi atau domba untuk membuat keju dari susu mereka. Begitu pula dengan orang-orang Mesir Kuno yang membuat keju padat untuk melengkapi diet bir, roti, bawang merah, dan lentil mereka.
Para arkeolog yang meneliti makam kuno Ptahmes (berasal dari abad ke-13 SM), baru-baru ini menemukan sampel keju Mesir. Mereka menduga, itu adalah keju tertua yang pernah diketahui.
Baca juga: Potongan Kapal Dari Perang Dunia II Ditemukan di Lepas Pantai Alaska
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada jurnal Analytical Chemistry, para ilmuwan mendeskripsikan penemuan mereka dari makam luas tersebut. Setelah sebagian besar hartanya dijarah oleh para penggali Eropa, makam perlahan-lahan menghilang akibat hanyutnya gurun pasir. Tidak ada yang pernah merekam keberadaannya. Oleh sebab itu, penemuannya kembali pada 2010 mengejutkan sekaligus menggembirakan dunia arkeologi.
Beberapa tahun kemudian, para peneliti menemukan stoples rusak di sana. Di antara pecahan tembikar, terdapat material putih yang padat dan menggumpal di samping kain kanvas.
Enrico Greco, ahli kimia yang menulis studi ini, mulai menganalisis material misterius tersebut. Setelah melarutkan sampel dan mengekstrak protein, ia menyadari bahwa yang ditemukan adalah sisa-sisa keju – dulu dibungkus dengan kain kanvas dan diawetkan dalam stoples.
Baca juga: Kerangka Maya Kuno dari 7000 Tahun Lalu Ditemukan di Gua Meksiko
Lebih lanjut, peneliti mengungkapkan bahwa keju tersebut tampaknya telah terkontaminasi dengan bakteri yang berpotensi mematikan. Biasa ditemukan pada produk susu yang tidak dipasteurisasi.
Informasi tentang bakteri ini justru membuat penemuan ini semakin menarik bagi para arkeolog. Ia dapat menyebabkan brucellosis, suatu kondisi keracunan makanan yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia.