Tradisi Unik Orang Tulehu di Maluku Dalam Merayakan Idul Adha

By National Geographic Indonesia, Rabu, 22 Agustus 2018 | 08:30 WIB
Orang Tulehu, Maluku Tengah, merayakan kaul dan abda'u sesaat setelah melaksanakan salat Idul Adha. (Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id - Banyak cara dilakukan untuk memperingati Hari Raya Idul Adha. Tak terkecuali dengan masyarakat Negeri Tulehu, Maluku Tengah, yang merayakan kaul dan abda’u sesaat setelah melaksanakan salat Idul Adha secara berjamaah. Ada adegan gendong kambing pula dalam rangkaian perayaan ini.

Kaul dan abda’u adalah tradisi adat puncak dari serangkaian parade budaya yang dilakukan masyarakat Tulehu. Tak hanya satu desa, tapi juga melibatkan masyarakat dari desa-desa sekitarnya. Tradisi ini sudah berlangsung cukup lama. Tercatat sejak abad ke-17.

Tradisi kaul lazimnya prosesi penyembelihan yang banyak dilakukan di berbagai tempat. Bedanya, di sini prosesi penyembelihannya dilakukan sebanyak dua kali.

Yang pertama dilakukan selesai salat. Yang kedua adalah penyembelihan khusus, di mana ada seekor kambing inti dan dua kambing pendamping.

Baca juga: Timbuktu, Pusat Ilmu Pengetahuan dan Peradaban Islam di Afrika Barat

Sebelum disembelih, ketiga kambing itu digendong dengan kain oleh pemuka adat dan agama untuk diarak keliling Negeri. Diiringi shalawat dan takbir, ketiga kambing itu dibawa menuju ke pelataran Masjid Negeri Tulehu.

Penyembelihan langsung dilakukan oleh imam besar Masjid Negeri Tulehu. Dari atas masjid, kelompok ibu-ibu menabur bunga yang harum baunya. Sementara darah cipratan kambing yang disembelih diperebutkan oleh pemuda anggota adat abda’u, simbol bahwa pemuda Tulehu rela berkorban untuk kebenaran.

Abda’u simbol kemakmuran

Pasca-penyembilan, proses abda’u (ibadah) dilangsungkan. Pesertanya sebagian besar adalah para pemuda. Mereka hanya berkaus singlet, berikat kepala warna putih, dan berjalan beramai-ramai menuju rumah imam Negeri Tulehu.

Setelah para pemuda abda’u sampai, imam besar menyerahkan bendera hijau berenda benang bewarna kuning emas.

Hijau melambangkan subur, dan kuning adalah kemakmuran. Bendera inilah yang nantinya bakal diperebutkan oleh ratusan pemuda yang mengikuti upacara ini.

Baca juga: Biksu Millenial di Mongolia Berusaha Beradaptasi dengan Dunia Modern