Apa yang Sebenarnya Terjadi Ketika Orang Mengalami Mati Suri?

By Gregorius Bhisma Adinaya, Jumat, 24 Agustus 2018 | 13:34 WIB
Ilustrasi roh yang terpisah dari badannya. (IntraMind/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Tidak semua orang dapat mengalami mati suri. Berdiri di ambang kehidupan dan kematian merupakan suatu pengalaman yang tidak ada duanya bagi seseorang. Seringkali, mati suri berkiatan dengan perasaan damai, cahaya terang, dan jiwa yang terputus dari raga.

Sebuah studi baru mengenai kronologi mati suri mengungkapkan bahwa tidak semua orang mengalami urutan langkah yang sama, yang dapat membantu menyingkirkan hubungan kompleks antara neurologi dan budaya di ambang hidupnya.

Studi yang dilakukan oleh peneliti Belgia ini didasarkan pada 154 tanggapan survei responden dan narasi yang dikumpulkan melalui International Association for Near-Death Studies and the Coma Science Group.

Baca juga: Video: Para Astronaut Bermain Tenis di Luar Angkasa Untuk Pertama Kali

Responden dipilih menggunakan skala Greyson NDE, sebuah metrik yang dikembangkan oleh Bruce Greyson—psikolog AS. Skala ini dirancang untuk memberikan struktur dan konsistensi dalam mengevaluasi pengalaman yang diingat oleh pasien saat mengalami perhentian jantung.

Istilah Near Death Experience (NDE) atau mati suri muncul pada tahun 1975 ketika psikolog bernama Raymond Moody menggunakannya untuk menggambarkan apa yang disebut dengan "menengok dunia lain".

Kini, cerita mati suri hampir bersifat klise. Cahaya terang, terowongan, dan emosi positif sudah menjadi hal yang biasa didengar mengenai pengalaman mati suri. Tahapan ini pun dianggap sebagai gambaran singkat dari kehidupan setelah kematian.

Mempelajari fenomena ini begitu menarik sekaligus rumit. Hal itu disebabkan karena sulitnya memisahkan bias budaya dari proses neurologis dan tantangan etika dalam mencatat data fisiologis pada saat kritis.

Yang lebih buruk lagi, bidang penelitian ini nyaris berkaitan dengan penelitian "abal-abal" yang sering muncul. Sehingga, sulit untuk mengetahui di mana kinerja otak akan berakhir dan pseudosains — tipuan yang dianggap ilmiah — dimulai.

Dari keseluruhan studi mengenai mati suri, sekitar 4-15% penduduk dunia telah mengalami pengalaman tersebut. Bahkan, beberapa dari mereka melaporkan bahwa "pengalaman di akhirat" itu tidak harus melalui mati suri. Menurut mereka, hal ini lebih berkaitan dengan respons neurologis terhadap stres daripada kematian itu sendiri.

Baca juga: Terungkap, Musik Cadas dan Kebisingan Kota pun 'Tak Ramah' Lingkungan

Sesungguhnya, ini bukanlah penelitian pertama mengenai mati suri. Sebelumnya, sebuah studi oleh ahli saraf, Sam Parnia, menemukan tujuh kategori ingatan selama NDE. Sedangkan dalam studi yang baru, peneliti mengungkap pengamatan spesifik yang diingat oleh para responden dan mencatat kronologi mati suri tersebut. Penelitian ini pun dipublikasikan di Frontiers in Human Neuroscience.