Akibat Perubahan Iklim, Air Hangat Mampu Tembus Lapisan Es di Arktik

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 30 Agustus 2018 | 12:49 WIB
Ilustrasi es di Arktika. (StrahilDimitrov/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id – Air hangat telah menembus lapisan Arktika yang beku.

Sejauh ini, ia masih bersembunyi di bawah permukaan. Namun, menurut studi terbaru, ada risiko bahwa air hangat tersebut bisa naik ke atas dan memicu gelombang pencairan di lapisan es Bumi.

Menggunakan data lama dari kapal dan data terbaru satelit, peneliti menemukan bahwa air di laut Arktika telah menghangat selama beberapa tahun terakhir. Ini disebabkan oleh arus laut melingkar – disebut Beaufort Gyre – yang menarik air dari selatan ke utara.

Baca juga: Mengapa Erupsi di Siberia Menjadi Erupsi Terdahsyat Dalam Sejarah?

Saat planet semakin panas, maka air yang dikirim ke utara di sepanjang Gyre juga menjadi lebih hangat. Dan ketika air hangat tersebut sampai ke laut Arktika, maka ia akan terjebak di sana.

Mary-Louise Timmermans, pemimpin penelitian sekaligus profesor geologi dan geofisika di Yale University, mengatakan bahwa dampak terjebaknya air itu akan menimbulkan lapisan yang berbeda.

“Air segar berada paling atas, sementara air hangat ada di bawah,” kata Timmermans.

“Air hangat ini lebih asin, jadi ia berada di kedalaman. Terisolasi oleh air dingin dan tawar di atasnya,” imbuhnya.

Namun, menurut Timmermans, semua panas ekstra yang hadir di Bumi, menyediakan ancaman jangka panjang pada es-es di utara.

Seiring berjalannya waktu, air hangat itu akan menerobos air tawar yang berada di atasnya, lalu menggerogoti es dari dalam.

Baca juga: Selain Sedotan Plastik, Puntung Rokok Turut Menyumbang Limbah Terbesar

Studi yang dipublikasikan pada jurnal Science Advances tersebut menunjukkan bagaimana perubahan iklim tidak hanya mengancam Arktika dengan pencairan es langsung tapi juga sumber panas yang tersembunyi.

“Kami telah melihat banyak data tentang Arktika yang semakin hangat. Namun, yang tidak diperhatikan sebelumnya adalah peningkatan yang nyata pada konten panas,” papar Timmermans.

Air hangat di bawah es ini tidak fluktuatif sejak 1980. Ia hanya terus naik ke atas layaknya anak tangga.