Nationalgeographic.co.id - Pencemaran laut akhir-akhir ini menjadi permasalahan yang banyak merepotkan dunia. Mulai dari kantong plastik, peralatan makan, dan yang paling menjadi perbincangan saat ini adalah sedotan. Semuanya menjadi momok besar setiap negara. Sudah banyak negara yang berusaha melaukan pelarangan sedotan plastik tahun ini.
Namun, kontaminan terbesar di dunia ternyata bukan hanya berasal dari sedotan plastik saja. Terdapat puntung rokok yang turut menyumbang polusi di dunia, terutama di laut.
Berbagai pihak, termasuk akademisi dan badan hukum di seluruh dunia setuju bahwa filter rokok harus dilarang. Meskipun kampanye tersebut masih baru, mereka berharap mendapat dukungan untuk menyelamatkan kesehatan manusia dengan berfokus pada lingkungan.
Baca Juga: Bertha, Ular Piton Sepanjang Enam Meter yang Menjadi Buron di Polandia
“Cukup jelas tidak ada manfaat kesehatan dari filter. Mereka hanyalah alat pemasaran dan mereka membuatnya lebih mudah bagi orang untuk merokok. Hal tersebut juga merupakan kontaminan utama. Kita tidak dapat terus membiarkan ini,” kata Thomas Novotny, profesor kesehatan masyarakat dari San Diego State University.
Tidak mengherankan jika puntung rokok menarik perhatian dunia. Menurut Novotny, dari 5,6 triliun rokok yang diproduksi di seluruh dunia setiap tahunnya, sebagain besar datang dengan filter yang terbuat dari selulosa asetat. Bahan tersebut merupakan suatu bentuk plastik yang dapat memakan waktu satu dekade atau lebih untuk terurai.
Sekitar dua pertiga dari filter tersebut dibuang secara tidak bertanggung jawab setiap tahun.
Sejak tahun 1986, The Ocean Conservancy telah mensponsori pembersihan pantai selama 32 tahun berturut-turut. Selama jangka waktu tersebut, puntung rokok telah menjadi barang yang paling banyak dikumpulkan di pantai-pantai dunia dengan total lebih dari 60 juta yang dikumpulkan. Angka tersebut sekitar sepertiga dari semua barang yang dikumpulkan.
Baca Juga: Xylone Margareth, dan Mobil Alfabet Indonesia yang Raih Medali Emas
Sudah banyak penelitian yang membahas bahwa limbah yang masuk ke laut akan hancur menjadi mikroplastik yang mudah dikonsumsi oleh satwa liar. Para peneliti telah menemukan mikroplastik di sekitar 70 persen burung laut dan 30 persen dari penyu laut.
Sebagai upaya mengatasi permasalahan tersebut, seorang anggota parlemen California mencoba mengajukan usulan mengenai larangan rokok dengan filter. Namun sayang, usahanya tidak bisa mendapatkan persetujuan dari komite.
Seorang senator negara bagian New York juga telah menulis undang-undang tentang pengembalian puntung rokok ke pusat penebusan, namun hasil yang mengecewakan justru yang didapatkan.
Sedangkan San Francisco telah melakukan terobosan besar dengan mengumpulkan sekitar $3 juta per tahun untuk membantu membiayai pembersihan filter rokok yang dibuang.
Source | : | NBCNews |
Penulis | : | Mar'atus Syarifah |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR