Berusaha Keras Untuk Bahagia Ternyata Justru Membuat Anda Tambah Sedih

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 31 Agustus 2018 | 14:38 WIB
Ingin terlihat bahagia justru membuat kita menderita. (nailiaschwarz/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id – Penelitian terbaru yang dipublikasikan pada jurnal Emotion, menemukan bahwa berusaha keras untuk mendapat kebahagiaan dapat membuat orang cenderung merasakan emosi negatif ketika itu tidak terjadi. Ini akan menyebabkan stres dalam jangka panjang.

“Kebahagiaan merupakan hal baik, namun menjadikannya sebagai sesuatu yang harus diraih justru akan membuat gagal,” kata Brock Bastian, psikolog sosial dari University of Melbourne School of Psychological Sciences.

“Penelitian kami menunjukkan bahwa itu mengubah respons seseorang terhadap emosi dan pengalaman negatif. Membuatnya merasa lebih buruk,” imbuhnya.

Baca juga: Sindrom Stockholm, Ketika Tawanan ‘Jatuh Cinta’ dengan Penculiknya

Studi ini melibatkan dua eksperimen terpisah. Pada penelitian pertama, sekelompok mahasiswa psikologi diminta menyelesaikan 35 anagram dalam tiga menit. Namun, tanpa sepengetahuan mereka, 15 di antaranya ternyata tidak mudah diselesaikan.

Tiga puluh sembilan partisipan di kelompok pertama, menyelesaikan tugas ini dalam sebuah ruangan yang dipenuhi poster motivasi, catatan dan buku. Pengawas di ruangan ini berbicara dengan riang dan menyebutkan pentingnya kebahagiaan.

Sementara itu, tiga puluh sembilan mahasiswa lain, menyelesaikan tes yang sama di ruangan biasa dengan pengawas netral.

Selanjutnya, kelompok ketiga yang terdiri dari 38 partisipan menyelesaikan tugas mereka di ruangan yang mengedepankan kebahagiaan – mirip dengan ruang pertama.

Dibandingkan yang lainnya, mahasiswa yang mengerjakan tes di ruang “kebahagiaan” tadi, lebih sering membayangkan kegagalan dan terjebak dalam emosi negatif.

Pada eksperimen kedua, para peneliti bertanya kepada 200 orang dewasa di AS seberapa sering mereka mengalami emosi negatif dan bagaimana perasaan mereka terhadap pandangan orang lain.

Partisipan yang merasa orang lain berharap terlalu banyak agar dirinya bahagia atau direndahkan karena depresi, menjadi lebih stres dan kepuasan hidupnya berkurang.

“Ketika manusia memberikan banyak tekanan pada diri mereka sendiri untuk bahagia, mereka justru sering merasakan emosi negatif. Ini hanya akan menciptakan ketidakbahagiaan,” papar Bastian.

Baca juga: 6 Hal Mengejutkan Tentang Korea Utara yang Tidak Anda Ketahui

Alih-alih menekankan pentingnya bahagia, penelitian ini justru ingin membuat orang-orang sadar bahwa rasa sedih dan kegagalan adalah sesuatu yang normal.

“Kegagalan terkadang juga dibutuhkan karena itu akan membawa kita pada inovasi, pembelajaran, dan kemajuan. Semua organisasi tahu bahwa kegagalan adalah jalan menuju sukses. Jadi, itu tidak apa-apa,” jelas Bastian.

“Yang membuat kegagalan menjadi bahaya adalah apabila kita menanggapinya dengan hal negatif,” pungkasnya.