Perkebunan Kelapa Sawit Mengancam Populasi Orangutan di Aceh

By Nesa Alicia, Selasa, 4 September 2018 | 18:26 WIB
Perkebunan kelapa sawit (Thinkstockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Orangutan kini menjadi hewan yang terancam punah. Perhimpunan Konservasi Alam Internasional menyatakan pembaruan daftar merah spesies yang terancam baru saja selesai dilakukan.

Usaha ini dilakukan sebagai respons karena salah satu habitat terbesar area Rawa Tripa di Kabupaten Nagan Raya, Aceh yang menjadi tempat tinggal orangutan dialihkan menjadi area ekspansi industri perkebunan dan juga perburuan yang dilakukan oleh manusia.

Baca juga: Mata Rantai Evolusi Dinosaurus yang Hilang, Ditemukan di Tiongkok

Kawasan lebat di Rawa Tripa merupakan satu dari enam tempat di dunia yang masih dihuni oleh orangutan Sumatera. Rawa Tripa menjadi bagian dari kawasan ekosistem Leuser dengan luas 2,6 juta hektare di sebagian wilayah Aceh dan Sumatra Utara.

Kawasan ekosistem ini menjadi tempat terakhir di bumi di mana orangutan, harimau, gajah dan badak hidup bersama di alam liar.

Perkebunan kelapa sawit membuat penyusutan jumlah orangutan bertambah parah. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Sapto Aji Prabowo mengatakan saat ini orangutan yang berada di Rawa Tripa hanya tersisa sekitar 150 ekor.

Bayi-bati orangutan. (Tim Laman/National Geographic Magazine)

Sebelumnya, seekor orangutan Sumatera berhasil diselamatkan oleh tim Yayasan Ekosistem Leuser (YEL) di Rawa Tripa. Orangutan tersebut terisolir sebuah fragmen hutan kecil, dan sempit yang dikelilingi oleh kelapa sawit di Kawasan Rawa Gambut Tripa.

Baca juga: Fasilitas Kloning ala Jurassic Park Dibangun untuk Hidupkan Mammoth

Orangutan jantan dewasa ini diberi nama "M. Salah". Dari hasil pemeriksaan kesehatan awal, Salah diperkirakan berumur antara 30-35 tahun, dan berat badannya sekitar 65 kilogram. Meski terlihat sehat, namun kondisi psikis Salah stress dan tertekan.

Tidak sedikit orangutan yang masuk ke pemukiman warga untuk mendapatkan sumber makanan. Sehingga hal ini dikhawatirkan dapat memancing kemarahan warga untuk menangkap dan membunuh orangutan.