Nationalgeographic.co.id - Istilah angin duduk adalah istilah yang populer di Indonesia. Banyak masyarakat memaknai angin duduk sebagai sebuah penyakit. Namun angin duduk adalah sebuah gejala dari penyakit yang mengancam nyawa.
Walaupun sebuah gejala, tetapi bukan berarti dapat disepelekan. Hampir 30 persen penderita sakit jantung tidak memiliki gejala dan berakhir dengan kematian. Gangguan kesehatan ringan seperti angin duduk dipercaya sebagai tanda awal dari serangan jantung.
Baca juga: Penurunan Permukaan Tanah, Jakarta Utara
Angina atau angin duduk merupakan rasa sakit nyeri dada yang diakibatkan oleh berkurangnya aliran darah ke jantung. Bila angin duduk muncul, penderita akan merasa sesak, berat, dan nyeri di dada.
Kondisi seperti ini dapat datang secara tiba-tiba dan kambuhan, tergantung pada tingkat keparahannya.
Berdasarkan sebuah penelitian di Universitas Airlangga yang dilansir dari Tribunnews pada Rabu (5/9/2018), ketika beberapa pasien dengan keluhan angin duduk diperiksa, sebanyak 30 persen dari mereka sebenarnya terkena serangan jantung koroner.
Dokter dari Yayasan Jantung Indonesia, dr. Jetty Sedyawan, Sp.JP (K), mengatakan bahwa masih banyak orang yang salah kaprah mengenai angin duduk.
"Angin duduk itu adalah bahasa awam, yang dirasakan seperti masuk angin berat. Biasanya dikerik atau dipijat gejalanya tidak hilang. Sebetulnya itu kena serangan jantung," ujarnya.
Serangan jantung tersebut kemudian menyebabkan komplikasi pada 1 hingga 2 jam pertama berupa gangguan irama jantung.
Baca juga: Jadi Sumber Penyakit, Hentikan Kebiasaan Membawa Ponsel ke Toilet!
"Sudah ada penyempitan di pembuluh darahnya, lalu gangguan listrik jantung. Akibatnya jantung tidak berdenyut tapi hanya bergetar saja sehingga tidak ada pasokan ke otak. Terjadilah kematian mendadak," tambahnya.
Risiko seseorang mengalami angin duduk dapat meningkat karena beberapa faktor lain, seperti kolesterol tinggi, hipertensi, riwayat diabetes, obesitas, merokok, stres, riwayat penyakit keluarga, dan kurangnya olahraga.