Nationalgeographic.co.id - Dengan mengambil sampel di bandara Helsinki-Vantaa Finlandia, para peneliti dari Universitas Nottingham dan Institut Nasional Finlandia mengungkap beberapa tempat di bandara yang paling banyak membawa virus.
Peneliti mengambil sampel dari tempat-tempat yang sering dilalui penumpang, seperti area bermain anak, pegangan tangga atau eskalator, dan udara di dalam bandara.
Baca juga: Menghidupkan Kembali Mammoth, Ilmuan: Hal Tersebut Mungkin Terjadi
Sampel ini kemudian mengarahkan para peneliti kepada satu keseimpulan. Temuan yang diterbitkan oleh jurnal BMC Infectious Diseases ini mengungkap bahwa rhinovirus atau virus yang dapat menyebabkan flu, lebih banyak terdeteksi pada permukaan bandara yang sering diakses oleh penumpang.
Angka temuannya pun terbilang cukup besar, yakni 10 persen dari area yang banyak diakses penumpang.
Satu hal yang membuat para peneliti heran adalah, mereka tidak menemukan adanya virus pernapasan pada permukaan yang mereka uji di salah satu kamar mandi bandara.
Philip Tierno, profesor mikrobiologi dan patologi di NYU Langone School of Medicine mengatakan bahwa "patogenitas" adalah virus yang dapat menyebabkan penyakit — harus ditimbang terhadap imun dari orang yang bersentuhan dengannya.
Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah dapat berisiko lebih tinggi terkena penyakit. Semakin sering seseorang bersentuhan dengan patogen — baik secara langsung (ditularkan melalui udara) atau secara tidak langsung (menyentuh ganggang tangga atau pintu) — dapat membuat virus tersebut semakin mudah masuk ke dalam tubuh.
Salah satu tempat paling banyak membawa virus adalah baki, tempat dimana pemeriksaan X-ray dilakukan. Setidaknya 50 persen tempat tersebut mengandung virus yang dapat menyebabkan gejala flu. Terlebih, 1 dari 4 sampel udara menunjukkan bukti adanya adenovirus, yang dapat menyebabkan gejala kedinginan dan juga gejala yang lebih berat seperti flu.
Baca juga: Medan Magnet Melemah, Tanda Terjadinya Pembalikan Kutub Magnet Bumi?
Dilansir dari Live Science pada Jumat (7/9/2018), Tierno mencatat orang-orang yang bersentuhan dengan patogen tidak langsung mengalami gejala tersebut. Sebaliknya, akan terjadi saat memasuki periode inkubasi.
Untuk mencegah penyebaran virus tersebut, peneliti menyarankan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Hal ini sangat penting mengingat tempat di pos pemeriksaan berpotensi menyebarkan virus. Selain itu, Tierno mengatakan agar setiap luka yang terbuka ditutup dengan baik agar tidak menyebabkan infeksi.