Teknologi Ini Bisa Membersihkan Ribuan Ton Sampah Plastik di Laut

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 10 September 2018 | 13:07 WIB
System 001 dari Ocean Cleanup diluncurkan pada Sabtu lalu. (Ray Chavez/Bay Area News Group)

Nationalgeographic.co.id – Para ilmuwan meluncurkan sebuah alat yang diharapkan dapat membersihkan 80 ribu ton sampah plastik yang mengambang di Samudra Pasifik.

System 001, milik organisasi nonprofit Ocean Cleanup, akan memulai petualangannya ke Great Pacific Garbage Patch dari San Francisco pada Sabtu lalu, setelah dikembangkan selama bertahun-tahun.

Baca juga: Satu Langkah Lebih Dekat Menuju Lift Luar Angkasa ala Jepang

Mesin sepanjang 600 meter ini mengandalkan pola pasang surut dan akan mengapung ke area dengan konsentrasi sampah plastik tertinggi. Ia memiliki palang berbentuk tapal kuda yang berfungsi untuk menjebak sampah sehingga dapat dikumpulkan dan didaur ulang.

Jika cara tersebut berhasil, Ocean Cleanup akan meluncurkan sistem serupa di wilayah-wilayah dengan sampah plastik terbanyak dalam lima tahun ke depan.

Terletak di antara Hawaii dan pantai California, Great Pacific Garbage Patch merupakan tempat akumulasi sampah plastik terbesar di laut dunia. Diperkirakan ada 1,8 triliun potongan plastik yang terperangkap di sana.

“Tentu saja, membuat sesuatu yang bisa bertahan di lautan adalah tantangan tersendiri. Namun, teknologi ini cukup efektif untuk mengumpulkan sampah plastik,” kata Boyan Slat, penemu gagasan System 001.

Beberapa ahli kelautan optimis jika proyek ini dapat membersihkan laut dari serangan sampah plastik. Namun, ada kekhawatiran yang masih tersisa.

Mereka takut hewan-hewan laut akan tertangkap oleh mesin yang seharusnya mengumpulkan sampah ini.

Menurut Sue Kinsey, peneliti dari Marine Conservation Society, makhlut laut yang mengambang di permukaan air, seperti ubur-ubur, kemungkinan akan terjebak dan tidak bisa melarikan diri dari palang tapal kuda tersebut.

Baca juga: Peneliti Kembangkan Kecerdasan Buatan yang Bisa Prediksi Gempa Susulan

System 001 memulai perjalanannya 2350 mil dari lepas pantai dan kemudian akan menjalani dua minggu pengujian di perairan terbuka.  

Para ilmuwan berharap bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang seberapa sukses mereka saat proyek ini selesai di akhir tahun.