Nationalgeographic.co.id - Tim dari Chengdu Research Base of Giant Panda Breeding, harus melakukan sebuah "trick" untuk menyelamatkan hidup salah satu bayi kembar yang baru dilahirkan.
Meskipun setengah dari semua kelahiran panda menghasilkan bayi kembar, namun sangat jarang bagi kedua anaknya untuk bertahan hidup karena panda raksasa hampir selalu meninggalkan bayinya jika melahirkan lebih dari satu.
Alasannya adalah sang ibu tidak memiliki susu atau energi yang cukup untuk merawat dua bayi, sehingga fokus perhatian mereka hanya pada salah satu bayi yang terkuat.
Baca Juga : Zenobia, Ratu Pemberontak Asal Suriah yang Menantang Kekaisaran Romawi
Baginya, membesarkan bayi adalah hal yang sulit karena mereka hidup dengan memakan bambu, di mana pada batang bambu memiliki nilai gizi rendah dan ibu panda perlu menyeimbangkan kelangsungan hidup mereka sendiri dengan anaknya.
Ketika bayi kembar tersebut lahir, penjaga akan menyingkirkan salah satu bayinya untuk mengelabui sang ibu agar mengira bila ia hanya memiliki satu bayi.
Salah satu bayi hampir sepanjang waktu bersama dengan ibunya, sementara satunya akan disimpan di inkubator dan diberi susu formula.
Dengan mengalihkan anak-anaknya mungkin menjadi kunci bagi kelangsungan hidup si kembar.
Untuk melepaskan kedua anak kembar tersebut, dibutuhkan kesabaran besar dari para penjaga. Mereka akan menggunakan semangkuk air madu untuk menenangkan sang ibu, sementara para penjaga berusaha untuk mengeluarkan anaknya.
Namun, tidak mudah untuk mendapat kepercayaan panda dalam menangani proses kelahirannya, sehingga dilakukan negosiasi terus menerus agar sang ibu mempercayai penjaga dalam mengurus dan menangani anaknya.
Dengan metode ini, membuka 100 persen tingkat kelangsungan hidup bagi anak panda.
Masalah ini telah ditangani oleh Penelitian Chengdu selama beberapa tahun, di mana sebelumnya pada tahun 1990, tingkat kelangsungan hidup bayi kembar hanya 30%.
Baca Juga : Sampah Sedotan Plastik Mengancam Bumi, Berbagai Pihak Mulai Berbenah
Ini akan sangat membantu populasi panda yang ada di dunia. Apalagi, keberadaan panda bisa terancam akibat terjadinya perubahan iklim.
Penelitian yang diterbitkan pada tahun 2016 oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature), diperkirakan populasi panda di seluruh dunia sekitar 2.060.
Meskipun ini meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun bukanya tidak mungkin bila populasi panda semakin terancam.
Diperkirakan, selama 80 tahun ke depan, kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh perubahan iklim dapat menghancurkan lebih dari 35 persen habitat panda.