Riset Buktikan Komunikasi Antara Usus dan Otak dalam Hitungan Detik

By Tiara Syabanira Dewantari, Jumat, 17 Mei 2019 | 14:58 WIB
Ilustrasi bakteri di otak manusia. (kirstypargeter/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Usus dalam tubuh manusia dilapisi oleh setidaknya 100 juta sel saraf yang sebagian besar terhubung dengan otak. Ia bisa berkomunikasi langsung dengan otak. Misalnya memberikan sinyal ketika merasa lapar, atau saat kenyang.

Namun, sebuah penelitian terbaru menyatakan bahwa usus dan otak memiliki koneksi langsung yang lebih dari itu. Terdapat jalur saraf tertentu yang dimanfaatkan usus untuk berkomunikasi secara terus menerus dengan otak. Pengiriman sinyal bahkan dapat dilakukan dalam hitungan detik.

Penemuan ini dapat dimanfaatkan untuk membuat pengobatan baru untuk mengatasi obesitas, gangguan makan, bahkan depresi dan autisme - yang semuanya juga berhubungan dengan kerusakan fungsi usus.

Pada tahun 2010, Diego Bohórquez, ahli saraf dari Duke University, North Carolina, menemukan bahwa sel enteroendokrin yang terdapat pada lapisan dinding usus dan memicu pencernaan serta menekan rasa lapar, ternyata memiliki tonjolan yang dimanfaatkan sebagai alat berkomunikasi usus-otak.

Baca Juga: Inilah Penjelasan Ilmiah Mengapa Riasan Banyak Ilusi Mata Ala Ezra Miller di Met Gala 2019 Bisa Merusak Otak Kita

MRI aliran darah ke otak. (utah778/Getty Images/iStockphoto)

Bohórquez tahu bahwa sel enteroendocrine  dapat mengirim pesan hormonal ke pusat sistem saraf, tetapi ia juga bertanya-tanya apakah mereka dapat “berbicara” kepada otak menggunakan sinyal elektrik, seperti yang dilakukan oleh sel saraf.  Jika iya, mereka dapat saja mengirimkan sinyal melalui saraf vagus yang berjalan dari usus ke sistem otak.

Penelitian dilakukan dengan menyuntukkan fluorescent rabies virus, ditularkan melalui sinapsis saraf, kedalam usus besar tikus dan menunggu sampai sel enteroendocrine dan sel lainnya menyala, sel lain tersebut merupakan sel saraf vagus .

Pada cawan petri, enteroendocrine mencapai sel saraf vagus dan membentuk koneksi sinapsis antara satu sama lain. Sel-sel tersebut bahkan mengeluarkan glutamat yang dapat diterima oleh saraf vagal dalam waktu 100 millideti, lebih cepat dari kedipan mata.

Bohórques mengatakan bahwa hal tersebut jauh lebih cepat dari penyebaran hormon dari usus ke otak melalui aliran darah. Kelemahan hormon mungkin saja bertanggung jawab terhadap kegagalan dalam menekankan nafsu makan.

Ada beberapa keuntungan yang jelas dari cepatnya pemberian sinyal antara usus-otak, seperti mendeteksi racun dan toxin, tapi mungkin saja ada fasilitas lain dari merasakan apa yang ada di dalam usus kita pada waktu yang tepat.

Baca Juga: Lakukan Diet Ekstrem, Wanita Ini Mengalami Kerusakan Otak

Petunjuk lain mengenai bagaimana indrawi usus memberikan keuntungan kepada kita diteliti dalam penelitian lain, yang dilakukan oleh Ivan de Araujo, seorang ahli saraf di Icahn School of Medicine, New York. Peneliti menggunakan laser untuk menstimulasi indera dari sel saraf yang mengelilingi usus pada tikus, salah satu hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu terjadinya meningkatkan level peningkatkan mood pada dopamin tikus tersebut.

Araujo berpendapat, jika disatukan, kedua penelitian ini dapat membantu menjelaskan mengapa menstimulasi saraf menggunakan arus listrik dapat mengobati depresi parah pada manusia, Hasil tersebut juga dapat menunjukkan mengapa saat makan kita akan merasa baik.