Nationalgeographic.co.id - Kisah ini dimulai pada musim panas bulan Juli tahun 1518, di kota Strasbourg, Prancis, ketika seorang wanita bernama Frau Troffea turun ke jalan dan menari. Ia terus menari tanpa henti selama empat hingga enam hari.
Troffea menari tanpa diiringi musik dan tidak ada ekspresi pada wajahnya. Penduduk sekitar tidak tahu apa yang membuat Troffea terus menari.
Beberapa hari kemudian, orang-orang mulai mengikuti Troffea dan menari. Hanya dalam seminggu, sekitar 34 orang bergabung dan menari bersamanya.
Tidak hanya itu, selama sebulan, wabah tersebut semakin meluas dan membuat jumlah penari menjadi 400 orang. Hampir semua terpengaruh untuk menari terus menerus. Laki-laki, perempuan dan anak-anak ikut menari meskipun hal ini lebih banyak mempengaruhi perempuan.
Baca Juga : Hasil Gambar Citra Satelit Sebelum dan Sesudah Gempa Sulawesi Tengah
Mereka percaya bahwa menari merupakan obat sehingga mereka terus menari. Bahkan mereka juga memanggil seorang musisi dan mendirikan sebuah panggung untuk para penari.
Sayangnya, hal ini mulai menelan korban jiwa. Beberapa dari mereka meninggal akibat kelelahan, serangan jantung, dan stroke. Para peneliti mencoba mencari tahu apa yang menyababkan terjadinya "tarian masal" ini.
Salah satu teori mengatakan bahwa kejadian tersebut adalah bentuk histeria massal yang diakibatkan karena stress. Penjelasan ini kemudian dianggap masuk akal karena saat itu penduduk tengah mengalami kesulitan, seperti kemiskinan, kelaparan, dan penyakit.
Sempat muncul argumen terkait kepercayaan kepada orang kudus yang dikenal sebagai St. Vitus, yang dianggap memiliki kemampuan untuk mengambil alih pikiran orang-orang dan membuat mereka menari tanpa henti.
Baca Juga : 28 Fragmen Fosil Gajah Purba Stegodon Ditemukan Di Wilayah Pati
Teori lain mengatakan bahwa mereka tidak sengaja telah memakan ergot, sejenis jamur yang tumbuh dan hidup sebagai parasit pada rye dan sereal. Ergot menghasilkan alkaloid yang bersifat psikotropika dan dapat menyebabkan halusinasi, perilaku aneh, dan efek neurologis lainnya. Ergotisme juga telah dianggap sebagai kemungkinan penyebab histeria.
Kejadian ini memang terlihat seperti cerita kuno, tetapi wabah menari yang terjadi pada tahun 1518 tercatat dalam catatan medis, kewarganegaraan, dan agama pada saat itu.