Demi Menghormati Para Dewa, Kuil-kuil India Larang Penggunaan Plastik

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 5 Oktober 2018 | 12:05 WIB
Patung Dewa Ganesha. (subodhsathe/Getty Images/iStockphoto)

“Padahal, setau saya, hanya Parabhrama – Yang Tertinggi – lah yang bisa hidup selamanya!”, imbuhnya.

Masalah utamanya, ritual Hindu dapat melibatkan banyak sekali barang: kamper dan dupa untuk memurnikan udara; mentega, susu, dan air mawar untuk dipersembahkan di kuil; minyak untuk lampu tradisional; serta bubuk cendana dan kunyit untuk dioleskan di dahi dan menjadi pembuka mata ketiga seseorang. Di masa kini, semua keperluan tersebut dibungkus dalam plastik.

Aneesh Mon, pedagang di sekitar Aranmula, setuju dengan kebijakan baru yang diterapkan oleh kuil. Namun, dia masih menemui kesulitan untuk membungkus barang dagangannya tanpa plastik.

Sejak peraturan diterapkan pada Januari lalu, Mon telah melakukan beberapa perubahan. Paket pooja-nya yang meliputi buah-buahan dan camilan untuk disajikan kepada dewa, kini dijual dalam piring biodegradable yang terbuat dari daun palem kering. Dan piring tersebut dapat digunakan lagi nantinya.

Meski begitu, botol kecil untuk menyimpan minyak dan air mawar masih terbuat dari plastik. “Ini semua produk yang berasal dari pabrik. Kami sedang bekerja sama dengan para pemasok untuk mencari alternatif lain,” jelas Mon.

Beberapa bulan terakhir, Mon dan rekan-rekannya telah meyakinkan beberapa perusahaan untuk mengganti botol kemasan air mawar mereka dengan yang lebih ramah lingkungan. Namun, sebagai gantinya, mereka meminta tambahan biaya sebesar lima rupee yang cukup memberatkan pedagang.

“Masalahnya adalah, produksi massal plastik sangat murah dan mudah dilakukan. Melihat hal ini, kami tidak bisa membayangkan dunia tanpa plastik,” katanya putus asa.

Kematian gajah

Di sisi lain, Thirumeni Rajeevararu, kepala biksu di kuil Sabarimala – tempat suci yang didekasikan untuk Dewa Ayyapan, terletak di Cagar Alam Periyar -- mengatakan, dunia tanpa plastik sangat penting untuk dimulai dari sekarang.

Baca Juga : Sokushinbutsu, Kisah Para Biksu Yang Mengubah Dirinya Menjadi Mumi

Pada Januari lalu, gajah berusia 20 tahun di Periyar mati setelah mengonsumsi sampah plastik. Hasil nekropsi menunjukkan bahwa plastik dalam jumlah banyak telah menyumbat saluran pencernaannya sehingga menyebabkan pendarahan internal dan kegagalan organ.

“Kematian gajah di Periyar sangat menggagu pikiran saya. Sebab, gajah merupakan hewan yang penting bagi kuil,” tutur Raheevararu.

Secara metafisik, gajah terhubung dengan Ganesha, Dewa Kebijaksanaan yang sangat dipuja oleh umat Hindu.

“Dewa berada di alam. Saya rasa, ini sudah menjadi dharma dan tugas kita untuk berhenti menggunakan plastik,” tambahnya.