Perjuangan Para Pemuka Agama di India Membatasi Konsumsi Plastik

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 5 Oktober 2018 | 13:40 WIB
Ratusan sampah di sungai Yamuna, India, yang berlokasi dekat Taj Mahal. (Reuters)

Nationalgeographic.co.id – Para pemuka agama di kuil Sabarimala telah berusaha membatasi penggunaan konsumsi plastik sekali pakai dalam lima tahun terakhir. Termasuk dengan melarang pengunjung kuil membawa plastik.

“Kami mencoba semaksimal mungkin melarang penggunaan plastik, meskipun tidak mudah,” ujar Thirumeni Rajeevararu, kepala biksu di kuil Sabarimala.

Puluhan juta peziarah membawa botol dan camilan dalam kemasan plastik. Kemudian, mereka meletakkannya di dalam kantung plastik lagi. Selama beberapa tahun terakhir, sekelompok relawan telah berhasil membersihkan limbah plastik di sekitar kuil, namun masih banyak yang tersisa dari mereka yang menuju kuil melewati hutan.

Baca Juga : Demi Menghormati Para Dewa, Kuil-kuil India Larang Penggunaan Plastik

Untuk meyakinkan peziarah agar meninggalkan plastiknya di rumah, Sabarimala telah meminta bantuan pemerintah negara bagian dan organisasi nonprofit untuk mendanai dan meluncurkan kampanye edukasi.

Mereka juga berencana menyebarkan lagu dan doa-doa terkait bebas plastik melalui guru dan pemimpin agama di seluruh wilayah India.

Thantri Suyakalady, biksu di kuil Mangaladevi, yakin jika cara tersebut akan berhasil. “Sangat jelas bahwa pemuka agama adalah sosok yang tepat untuk meyakinkan warga India agar melepaskan diri dari plastik. Dalam keadaan baik atau buruk, orang-orang percaya kepada kami. Mereka sangat menghormati institusi agama,” paparnya.

Ia menambahkan, para pemimpin agama dari seluruh wilayah India telah bergabung dalam perang melawan polusi plastik ini. Golden Temple, kuil paling suci bagi para sikh di Amritsar, juga telah melarang penggunaan plastik sejak April lalu.

Selain kuil, di sepanjang negara bagian Kerala, gereja dan masjid juga sudah mengikuti langkah ini.

Di masjid Palayam Juma, Imam Suhaib Moulabi mengatakan, cukup mudah untuk mengajak komunitasnya agar lebih peduli terhadap sampah plastik.

“Kami, Muslim, percaya dengan kehidupan setelah mati: ada surga dan neraka. Kepada yang lain, saya mengatakan: ‘Jika selama hidup, Anda mencemari Bumi, bagaimana pertanggung jawaban Anda kepada Allah di akhirat nanti?’,” paparnya.

Tak jarang, Imam mengatakan bahwa orang-orang yang merusak Bumi berisiko masuk neraka. Meskipun terdengar agak keras, namun cara ini cukup efektif. Ramadan tahun ini, masjid di lingkungannya membersihkan semua sampah plastik dan menyediakan makanan berbuka dengan piring yang dapat digunakan kembali, bukan plastik.

Sementara itu, gereja St. Joseph Cathedral juga telah melarang penggunaan plastik saat perayaan hari suci dan upacara pernikahan -- dimulai sejak awal tahun 2018.

“Peran tempat-tempat ibadah dalam memerangi sampah plastik sangat kuat. Umat akan mendengar pesan ini saat berdoa dan akhirnya mulai menerapkannya di rumah dan lingkungan mereka,” kata Shibu K. Nair, Direktur Thanal, organisasi peduli lingkungan di India.

Baca Juga : Melihat Kehidupan Bhutan yang Mampu Bertahan dari Perubahan Iklim

Di kuil Aranmula, beberapa jamaah mengatakan, larangan plastik di kuil telah menjadi pengingat mereka untuk lebih sadar dengan kebiasaan yang dilakukan.

“Awalnya sulit mengingat untuk membawa tas kain dibanding kantung plastik. Namun, kami saat ini mulai terbiasa,” cerita Rajee Nireesh, yang rutin mengunjungi kuil dengan sang ibu.

Yang lainnya mengatakan bahwa mereka juga telah mulai mengurangi konsumsi plastik sekali pakai di rumah.