Petugas Pemadam Kebakaran Berisiko Terkena Serangan Jantung, Benarkah?

By Loretta Novelia Putri, Rabu, 17 Oktober 2018 | 11:26 WIB
Petugas pemadam kebakaran berisiko terkena serangan jantung. (JohnnyH5/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Petugas pemadam kebakaran memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk memadamkan api. Tidak jarang mereka juga harus mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan orang lain. Meski begitu, kedua hal ini tetap memiliki risiko dan mengancam nyawa.

Dibalik ancaman kehilangan nyawa ketika bertugas, petugas pemadam kebakaran ternyata juga terancam oleh risiko serangan jantung. Lantas apa penyebabnya? Masih sedikit penelitian yang dilakukan terkait hal ini.

"Statistik layanan kebakaran telah lama menunjukkan bahwa banyak petugas damkar yang meninggal karena serangan jantung," ucap Denise Smith, dilansir dari Business Insider, Selasa (16/10/2018).

Baca Juga : Suku Chambri dan Tradisi Skarifikasi, Melukai Kulit Agar Menyerupai Buaya

Dalam penelitian yang diterbitkan pada Jurnal American Heart of Association, Smith dan timnya menemukan bahwa petugas pemadam kebakaran lebih mungkin terkena serangan jantung dibanding petugas stasiun.

Smith yang memimpin Laboratorium Kesehatan dan Keselamatan Responden Pertama di Universitas Skidmode, New York, melihat keterkaitan serangan jantung dengan petugas pemadam kebakaran.

Smith dan timnya mengamati 627 data otopsi petugas pemadam kebakaran—berusia 18 sampai 65 tahun—yang meninggal pada tahun 1999 sampai 2014.

Penyebab kematian mereka dikategorikan menjadi dua, yakni 276 kasus jantung dan 351 kasus trauma. Yang menarik dari penelitian ini, hampir 20 persen serangan jantung dadakan berujung pada kematian, sementara 80 persen lainnya sudah memiliki riwayat penyakit jantung koroner seperti penyempitan arteri atau pembengkakan jantung.

Peneliti menemukan, pembengkakan jantung atau sebelumnya pernah mengalami serangan jantung merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko kematian sampai enam kali lipat. Sedangkan, penyempitan arteri jantung meningkatkan risiko kematian sampai sembilan kali lipat.

Smith menjelaskan, walaupun penelitiannya masih belum bisa membuktikan apa dan bagaimana pekerjaan sebagai petugas pemadam kebakaran dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, tetapi beberapa aspek pekerjaan mungkin bisa menjelaskan kaitannya

"Paparan asap, jelaga, bahan kimia di udara, pola tidur yang terganggu, dan tingginya tingkat stres kerja, semuanya berkontribusi pada masalah jantung," ucap Smith.

Smith tidak dapat memastikan apakah petugas pemadam kebakaran lebih mungkin atau lebih jarang mengalami penyakit jantung dibanding pekerjaan yang lainnya.

Ia mengatakan, penelitian yang dilakukan menunjukkan jika tugas pemadam kebakaran, seperti kerja otot yang berat, tekanan panas, aktivasi sistem saraf simpatik, dan paparan asap dapat memicu penyakit jantung.

Kekurangan dari penelitian yang dilakukan oleh Smith adalah data otopsi yang digunakan tidak memiliki deskripsi yang sesuai tentang penyakit jantung atau kriteria untuk mendefinisikan pembengkakan jantung.

Peneliti juga memiliki keterbatasan data tentang faktor risiko yang bisa menyebabkan penyakit jantung, seperti kebiasaan merokok atau tekanan darah tinggi.

Baca Juga : Temuan Kerangka Anak 'Vampir' dengan Sumpalan Batu di Mulutnya

Walaupun begitu, Dr. Stefanos Kales, pakar Kesehatan Masyarakat Harvard TH Chan School di Boston menyebutkan bahwa studi tersebut memberikan bukti baru dari bahaya stres yang tinggi dan pekerjaan yang menggunakan fisik terhadap penyakit jantung.

"Intinya, orang yang memiliki riwayat penyakit jantung akan berbahaya jika melakukan pekerjaan berat, terutama dalam situasi stres yang bisa meningkatkan lonjakan adrenalin dan hormon terkait yang menantang sistem kardiovaskular," ucap Kales.

"Karena itu, meskipun pemeriksaan terhadap petugas pemadam kebakaran sejak dulu difokuskan pada penyakit pembunuh darah jantung (faktor risiko jantung dan tes stres), pemeriksaan itu juga harus mencakup pemindaian seperti echocardiogram untuk mengidentifikasi kemungkinan pembengkakan jantung, meningkat ketebalan dinding jantung atau adanya serangan jantung sebelumnya," ucap Kales.