Mengapa Jakarta Masih Panas dan Gerah Meski Hujan Telah Turun?

By Nesa Alicia, Senin, 22 Oktober 2018 | 10:38 WIB
(phive2015)

Nationalgeographic.co.id - Kota Jakarta sudah mulai diguyur hujan pada Kamis (18/10/2018) kemarin. Meski begitu, tampaknya cuaca di beberapa kota di Pulau Jawa masih terasa panas. 

Melihat hal ini, Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Agie Wandala Putra mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi. 

"Pertama, kemarin ada kulminasi, di mana setiap September hingga Oktober dan bulan Maret matahari berada di posisi lintang kita (Indonesia)," ujarnya, dilansir dari Kompas.com, Minggu (21/10/2018).

Baca Juga : Banyak Hewan Laut Terdampar di Pesisir Pantai, Akibat Pengaruh Gempa?

Selain itu, Agie menyebut bahwa faktor suhu panas yang terjadi di Indonesia memang berlangsung di waktu-waktu ini. Di Indonesia maupun di wilayah Jawa, suhu maksimum terjadi pada Agustus hingga November.

Beberapa suhu tinggi pernah tercatat terjadi di bulan Oktober. Misalnya pada 2007, suhu mencapai 38.3 derajat Celcius. Kemudian tahun 2015, suhu tertinggi terjadi di Semarang dengan suhu 39.5 pada bulan yang sama. 

Menurutnya, dalam 30 tahun terakhir, suhu maksimum terjadi di bulan Oktober -- di mana suhu menjadi tinggi karena satu kulminasi dan pancaran radiasi yang relatif tinggi. Kombinasinya membuat suhu semakin panas dan biasanya terjadi di siang hari. 

Untuk sekarang, suhu rata-rata tertinggi mencapai 36 derajat Celcius. Keadaan suhu dan cuaca seperti ini membuat orang akan rentan terkena flu. 

"Karena, misalnya Jakarta, di Oktober minggu kedua ini pada siang dan sore hari sudah mulai ada hujan. Adanya hujan di sore hari tapi suhunya masih panas membuat masyarakat rentan terserang flu," ujarnya.

Baca Juga : Lempeng Es di Antartika Ternyata Bisa Bernyanyi, Bagaimana Suaranya?

Tidak hanya membahas cuaca di wilayah Pulau Jawa yang panas, Agie juga menjelaskan mengapa rasa gerah dirasakan ketika hujan turun. Hal ini karena saat mendung, adanya uap air yang menghantar panas atau kalor dengan cukup baik. Oleh sebab itu, masyarakat merasakan cuaca yang gerah sebelum hujan. Apalagi uap air yang tebal semakin membuat panas dan terasa gerah. 

Ketika mendung, terdapat proses perubahan uap air dari gas menjadi air dan biasanya kalor akan dilepaskan ke udara.

Jadi, semakin dekat hujan atau awan ke permukaan bumi, maka energi panas akan semakin terasa.