Pemanasan Global Terjadi Lebih Cepat, Ini Bahaya yang Menghantui Bumi

By Loretta Novelia Putri, Jumat, 26 Oktober 2018 | 10:36 WIB
pemanasan global meningkat pesat (f9photos)

Nationalgeographic.co.id - Inter-governmental Panel on Climate Change (IPCC) atau Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim, memperingatkan bahwa dunia akan memanas lebih cepat dari yang diperkirakan.

Jika laju pemanasan global tidak diturunkan secara drastis, risiko iklim untuk kesejahteraan manusia, ekosistem dan pembangunan yang berkelanjutan, akan naik ke tingkat yang membahayakan dan memberikan dampak permanen.

IPCC memaparkan, pemanasan global sejak zaman praindustri sudah melampaui satu derajat celcius. Pada tingkat emisi gas rumah kaca sekarang, tingkat pemanasan global akan mencapai sebesar 1,5 derajat celsius dalam beberapa puluh tahun kedepan.

Apabila suhu naik lagi menjadi dua derajat celcius, maka itu akan meningkatkan bencana alam, mempercepat pencairan es laut Arktika, menyebabkan pulau-pulau tenggelam, dan ketidakmampuan memproduksi makanan untuk penduduk dunia yang terus bertambah.

Baca Juga : Mulai 2019, Bali Larang Penggunaan Kantung Plastik Sekali Pakai

Petteri Taalas, Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia menyebutkan, masih ada waktu bagi kita jika ingin mengubah perilaku dalam mencegah kenaikan emisi karbon.

"Orang yang menderita akibat perubahan iklim akan berkurang 420 juta kalau kita mampu membatasi pemanasan ke tingkat 1,5 derajat celsius. Ada daerah-daerah tertentu di dunia yang sangat sensitif. Negara-negara kecil, kepulauan, wilayah Laut Tengah dan juga Sub-Sahara Afrika, yang selama ini menderita, adalah yang paling terkena dampaknya di masa depan,” papar Taalas.

Baca Juga : Sehari Sebelum Berangkat Liburan, Persiapkan Hal-hal Berikut

Ia menambahkan, manusia dapat membantu menyelamatkan Bumi dengan mengubah gaya hidup. Ia memilih pangan sebagai salah satu bidang yang dapat mengurangi masalah yang sedang terjadi pada saat ini.

“Sebagai contoh, fakta bahwa kita makan begitu banyak daging berarti kita menggunakan lahan pertanian yang cukup besar untuk berternak daripada untuk memproduksi sayur mayur dan kacang-kacangan yang lebih ramah karbon,” ucap Taalas.

Menurutnya, tenaga surya, tenaga air, tenaga angin dan bentuk-bentuk lain dari energi yang ramah lingkungan harus tersedia untuk memenuhi kebutuhan banyak orang. Penggunaan modal transportasi bertenaga listrik untuk publik dan pribadi juga seharusnya lebih ditekankan lagi.