Nationalgeographic.co.id - Masih mengenai permasalahan sampah plastik. Temuan baru mengenai pencemaran ekosistem laut oleh mikroplastik pun tengah menjadi pembicaraan. Kali ini mikroplastik bukan ditemukan pada ikan, melainkan pada anjing laut di pulau terpencil di Cile.
Dilansir dari Kompas.com pada Rabu (21/11/2018), para ilmuwan menemukan mikroplastik berukuran 1 milimeter dalam kotoran anjing laut di Pulau Guafo. Mikroplastik dengan ukuran seperti itu menjadi temuan plastik terkecil selama ini.
Menurut Cristóbal Galbán-Malagón, profesor ekologi dan keanekaragaman hayati Universidad Andrés Bello di Chili, penemuan tersebut menjadi tanda mengenai pencemaran plastik yang menyeramkan. Karena dengan ukuran seperti itu, sampah plastik hampir mustahil untuk dapat dilihat secara kasat mata.
Baca Juga : Perilaku Manusia dan Dampak Sampah Plastik yang Menewaskan Hewan Laut
Walaupun kabar ini terdengar seram dan menyedihkan, tetapi di sisi lain juga menjadi satu cara untuk melacak kontaminasi plastik di lautan.
"Kita bisa menggunakan hewan-hewan ini, tanpa mengganggu mereka, sebagai pemantau mikroplastik," ucap Galbán-Malagón.
Penelitian mengenai sampah mikroplastik yang mengontaminasi anjing laut sebenarnya sudah dimulai sejak lima tahun yang lalu dan digagas oleh mahasiswa doktoral Galbán-Malagón dari universitas yang sama, Diego Joaquín Perez-Venegas.
Kemudian pada bulan Desember 2015 hingga Maret 2016, peneliti melakukan penelitian pada 51 kotoran anjing laut di Pulau Guafo.
Berdasarkan sampel tersebut, peneliti menemukan bahwa 67 persen di antaranya telah mengandung serat mikroplastik yang secara keseluruhan berjumlah antara 3 hingga 13 serat plastik per gram.
Galbán-Malagón mengatakan bahwa serat plastik tersebut dapat berasal dari beberapa sumber, seperti jaring ikan yang terbuat dari tali polimer, kantong plastik, dan pembungkus permen yang sering ditemukan dalam sistem pencernaan burung dan hewan laut lainnya.
Namun, plastik bukan sesuatu yang mudah untuk terurai. Untuk berubah menjadi ukuran sekecil itu, peneliti mencurigai jika limbah dari pabrik tekstil lah yang menjadi penyebabnya.
“Kain sintetis seperti bulu domba poliester melepaskan serat kecil setiap kali mereka dicuci. Filter pabrik pengolahan air limbah tidak menghilangkan serat yang kecil ini,” ucap Galbán-Malagón.
Mengingat anjing laut adalah salah satu predator yang berada di tingkat atas rantai makanan di lautan, peneliti menduga bahwa mikroplastik yang ditemukan berasal dari akumulasi plastik akibat pola rantai makanan.
Serat mikroplastik pada limbah yang dikonsumsi oleh plankton, kemudian dimakan oleh kepiting dan ikan, yang akhirnya berakhir di dalam anjing laut.
Baca Juga : Roti Tepung Kecoak dan Kekayaan Protein yang Terkandung di Dalamnya
Kontaminasi mikroplastik sudah mengancam makhluk hidup. Studi yang dilakukan di seluruh dunia menemukan mikroplastik atau plastik yang berukuran kurang dari 5 milimeter berada di dalam hampir seluruh makhluk hidup. Termasuk di kotoran manusia dan di sistem pencernaan makhluk yang hidup jauh di dalam Palung Mariana.
Walaupun sampai sekarang masih belum ada bukti yang cukup bahwa mikroplastik memiliki dampak yang buruk pada mamalia, tetapi dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik dapat berpengaruh dalam perubahan morfologi ikan.
Dalam penelitian yang dipublikasikan Jurnal Scientific Reports pada tahun 2016, invertebrata seperti teripang dan kerang menghadapi kesulitan dalam bereproduksi ketika terdapat mikroplastik yang bersarang di dalam tubuh mereka.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Loretta Novelia Putri |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR