Nationalgeographic.co.id - Sebuah alat yang dikerahkan untuk membersikan sampah plastik di Samudra Pasifik, saat ini sedang mengalami kendala teknis. Ia pun akan kembali ke daratan dan diperbaiki untuk sementara.
System 001, milik organisasi nonprofit Ocean Cleanup tersebut, memulai petualangannya ke Samudra Pasifik pada September lalu. Alat ini diharapkan dapat membersihkan 80 ribu ton sampah yang mengambang di Great Pacific Garbage Patch–wilayah dengan akumulasi sampah plastik terbesar di laut dunia. Diperkirakan ada 1,8 triliun potongan plastik yang terperangkap di sana.
Sayangnya, di tengah tugas, System 001 tak berfungsi. Dilansir dari voaindonesia.com, alat tersebut rusak setelah tanpa henti diterpa angin dan gelombang di Samudra Pasifik.
Baca Juga : Jalur Penyelamat di Jalan Tol, Tak Kenal Maka Tak Sayang Nyawa
Boyan Slat, pemimpin proyek mengatakan bahwa System 001 akan ditarik ke daratan Hawaii dengan menempuh jarak 1.300 kilometer.
Apabila proses perbaikan tidak dapat dilaksanakan di sana, maka alat sepanjang 600 meter itu akan diangkut dengan menggunakan kapal tongkang dan dikembalikan ke pelabuhan asal di Alameda, California.
Baca Juga : Inovasi Air Bersih dan Hunian yang Sehat Bagi Suku Anak Dalam
Meski merasa kecewa, tapi Slat mengatakan bahwa ia tidak kehilangan semangat. Slat berjanji akan berusaha memperbaiki System 001, agar itu bisa segera kembali membersihkan sampah di Samudra Pasifik.
"System 001 memang belum pernah ada sebelumnya. Ia juga tidak pernah diperasikan dalam kondisi penuh tantangan. Jadi, memang ada kemungkinan kami harus memperbaikinya beberapa kali. Ini bukan kegagalan dari rencana awal," papar inventor berusia 24 tahun tersebut.
System 001 bekerja dengan mengandalkan pola pasang surut dan akan mengapung ke area dengan konsentrasi sampah plastik tertinggi. Ia memiliki palang berbentuk tapal kuda yang berfungsi untuk menjebak sampah sehingga nantinya dapat dikumpulkan dan didaur ulang.
Source | : | Voaindonesia.com |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR