Nationalgeographic.co.id - Mempelajari Matahari tampak seperti tidak ada habisnya. Angin surya hingga badai Matahari menjadi topik pembahasan yang menarik untuk disimak. Bagaimana tidak, dalam satu embusan kecil badai Matahari saja, Bumi dapat terdampak banyak.
Satu hal terkait Matahari yang tidak terlalu populer—padahal penting—adalah suar nano, versi kecil dari suar Matahari. Walaupun menyandang kata nano, sejatinya fenomena ledakan ini adalah ledakan yang sangat besar. Ledakannya setara dengan 10.000 bom atom yang meledak dalam waktu bersamaan.
Pada faktanya, ledakan ini terjadi setiap hari di dalam atmosfer sekeliling Matahari.
Ledakan ini kemudian melepaskan partikel dengan kecepatan tinggi dari permukaan Matahari, dan bertanggung jawab untuk memanaskan atmosfer Matahari hingga satu juta derajat Celsius.
Karena mata manusia tidak dapat melihat peristiwa ini, para pengamat kemudian menggunakan alat yang mampu melihat dalam rentang cahaya yang tak kasat mata (sinar-X).
FOXSI, sebuah alat kecil nan pintar ini dirancang untuk melakukan perjalanan singkat di atas atmosfer Bumi untuk menangkap berbagai hal.
Dalam misi perdananya tahun lalu, FOXSI mencapai jarak 300 km keluar Bumi selama enam menit. Misinya adalah untuk mengintip Matahari. FOXSI pun berhasil memotret halo dari Matahari yang sangat panas (foto pada awal artikel ini).
Pada perjalanan berikutnya—FOXSI sudah tiga kali menjalankan misi—FOXSI berhasil memotret korona, atmosfer Matahari.
Berkat foto-foto yang ditangkap oleh FOXSI, para pengamat antariksa kini tengah mempelajari cara untuk mencari suar nano.
Source | : | Langit Selatan |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR