Nationalgeographic.co.id - Indonesia memiliki banyak sekali destinasi wisata yang tidak biasa. Budaya dan kekayaan alam menyumbangkan destinasi wisata yang seakan tidak pernah ada habisnya. Taman nasional contohnya, tempat bertemunya kekayaan flora dan fauna dengan keindahan alam.
Salah satu taman nasional yang menarik untuk dikunjungi adalah Taman Nasional Matalawa. Taman nasional ini dilimpahi berbagai spesies burung. Bahkan kawasan ini seringkali direkomendasikan sebagai tempat untuk kegiatan birdwatching atau pengamatan burung.
Tingkat kelimpahan jenis, endemisitas, dan akses yang relatif mudah menjadikan tempat ini sebagai tempat yang direkomendasikan untuk pengamatan burung.
Beberapa lokasi yang memiliki keunggulan untuk melakukan pengamatan burung di antaranya adalah site pengamatan Billa, Ubukora, Lokuhuma, dan Langgaliru.
Selain warga lokal, wisatawan mancanegara juga mengunjungi Taman Nasional Matalawa untuk melakukan pengamatan burung. Tercatat sekitar 37 orang dari 148 wisatawan merupakan birdwatcher dari 12 negara yang secara khusus mengunjungi Langgaliru untuk melihat keindahan ragam burung.
Bagi yang hobi memotret, Anda dapat mengasah kemampuan fotografi alam liar Anda. Bagi yang Anda yang bukan pelaku fotografi, bawa saja teropong sebagai alat pengamat. Tarian dan kicauan burung akan membius Anda di alam terbuka.
Lokasi pengamatan burung Taman Nasional Matalawa merupakan perpaduan antara kawasan hutan tertutup dan padang savana. Karena perbedaan dua tipe ekosistem tersebut akan memudahkan mengamati burung yang sedang terbang maupun bertengger.
Kelimpahan yang cukup tinggi
Tercatat perjumpaan 49 jenis burung di lokasi pengamatan Bila dilakukan dengan metode point count. Tingkat perjumpaan tersebut menunjukkan kelimpahan yang cukup tinggi, walaupun dilakukan tanpa menggunakan metode jalur.
Tempat ini juga tidak terlalu jauh dari ibu kota kecamatan, sehingga banyak pihak merekomendasikannya sebagai tempat untuk kegiatan pengamatan yang baik.
Sementara untuk lokasi pengamatan dengan karateristik tutupan lahan berupa perpaduan antara padang dan hutan, menjadi ciri khusus tempat keluarnya kakaktua sumba (C. sulphurea citrinocristata). Kakaktua sumba biasa teramati keluar dari hutan tertutup melintasi padang pada rentang waktu 05.30-06.30 waktu setempat.
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR