Nationalgeographic.co.id - Perang Dunia II selalu melahirkan kisah-kisah kepahlawanan yang heroik, bahkan melampaui batas-batas keberanian yang normal.
Salah satunya adalah kisah seorang tentara Inggris, Stanley Hollis yang mendapat julukan sebagai "prajurit yang tak bisa dibunuh Nazi".
Hollis, sebenarnya merupakan seorang prajurit berpengalaman. Dia sudah bertempur di berbagai medan seperti Dunkirk, El Alamein, atau Sisilia.
Namun, di pendaratan Normandia 6 Juni 1944 yang berubah menjadi konflik bersenjata paling berdarah itu, Hollis mencatatkan namanya.
Baca Juga : Tiga Ajaran Penting dari Ki Hajar Dewantara untuk Pendidikan Indonesia
Di hari bersejarah itu, Hollis bersama resimen Green Howard yang dipimpinnya mendarat di Pantai Gold, yang menjadi pusat pendaratan Normandia. Sebagai prajurit berpengalaman, Hollis langsung memberikan teladan untuk anak buahnya. Dia berdiri paling depan dan maju ke arah barisan pertahanan Jerman tanpa rasa takut.
Setelah mendarat di Pantai Gold, Hollis dan pasukannya sukses mendaki sejumlah bukit Normandia dan melalui ladang ranjau tanpa jatuh korban.
Resimen pimpinan Hollis ini bertugas melumpuhkan sejumlah baterai meriam Jerman yang menembaki pendaratan pasukan Sekutu di pantai.
Saat pasukan kecil itu mendekati sasaran, tentara Jerman yang melihat kedatangan mereka langsung melepaskan tembakan gencar.
Di saat kemungkinan melaksanakan tugas dengan tuntas semakin kecil, Hollis menunjukkan keberanian yang luar biasa. Dia kemudian berdiri, berlari meliuk-liuk untuk menghindari tembakan sambil terus maju ke sasaran. Saat dia tiba di atas baterai Jerman, Hollis melemparkan granat ke dalam tempat itu. Alhasil seluruh tentara Jerman di dalamnya tewas dan meriam yang mematikan itu bisa dilumpuhkan.
Namun, tugas belum selesai. Masih ada satu baterai lagi yang terus memuntahkan peluru ke arah pantai.
Baca Juga : Louis Pierre dan Louis Dauphin, Priyayi Makassar dalam Legiun Prancis
Tanpa pikir panjang, Hollis berlari ke baterai itu dan melakukan hal sama seperti yang dia lakukan sebelumnya.
Menurut sejumlah saksi mata dan keterangan rekan-rekannya, Hollis tak hanya sukses melumpuhkan dua baterai Jerman, tapi dia juga menewaskan 20 tentara Jerman seorang diri.
Dengan lumpuhnya kedua meriam itu, pendaratan di pantai menjadi semakin aman sehingga pasukan Sekutu bisa menduduki wilayah yang cukup luas di pantai.
Hanya tiga jam setelah aksi heroiknya itu, sang sersan kembali terlibat pertempuran melawan tentara Jerman.
Saat pasukan Sekutu bergerak ke arah desa-desa Perancis yang tak jauh dari pantai, gerakan mereka tertahan senapan mesin dan para sniper Jerman.
Delapan tentara Inggris sudah kehilangan nyawa dalam upaya melumpuhkan kubu pertahanan ini. Sementara dua tentara lagi terluka di antara kubu sekutu dan Jerman.
Resimen yang dipimpin Sersan Hollis kemudian melakukan serangan balik yang mampu memaksa Jerman menyetujui gencatan senjata yang langsung dimanfaatkan untuk menyelamatkan dua tentara Inggris yang terluka.
Reputasi Sersan Hollis terus dikenang di kemiliteran Inggris, angka 100 tentara Jerman yang dia bunuh selama Perang Dunia II dicatat.
Baca Juga : Surat Cinta dari Titanic Ini Ungkap Insiden Sebelum Kapal Tenggelam
Meski banyak dipuji Hollis tak pernah menganggi dirinya sebagai seorang pahlawan. Dia menganggap dirinya hanya sebagai orang yang beruntung.
"Jika saya tak ada di sana, maka orang lain akan melakukan hal-hal yang saya kerjakan," kata dia.
Pada 2014 setelah pendaratan Normandia, sebuah patung Stanley Hollis sedang dikerjakan di kampung halamannya di Middlesbrough.
Sayang Hollis tak bisa menyaksikan patung itu berdiri, sebab dia sudah meninggal dunia pada 1975.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR