Nationalgeographic.co.id - Sebuah kota di India menyelenggarakan upacara pernikahan bagi dua katak. Ritual ini dipercaya dapat segera menurunkan hujan–diketahui bahwa India sedang mengalami kekeringan parah dan suhu panas ekstrem.
Menurut laporan yang beredar, gelombang panas di ibu kota Delhi telah merenggut nyawa 36 orang sejauh ini. Suhu di sana mencapai yang tertinggi pada Selasa lalu, yakni 48 derajat celsius.
Sementara itu, Churu yang berada di negara bagian Rajashtan, mengalami suhu hingga 51 derajat celsius.
Baca Juga: Tradisi Suku Bugis, Dua Pemuda Selesaikan Masalah dengan Badik dan Dikurung dalam Satu Sarung
Di kota pesisir Udupi, Karnataka, sekelompok warga melaksanakan upacara perkawinan katak yang biasa disebut dengan "Mandooka Parinaya". Ini dipercaya dapat menyenangkan hati sang dewa hujan.
Kodok-kodok ditangkap dari dua desa berbeda dan diperiksa di Department of Zoology di Manipal, India.
Katak jantan dan betina yang terpilih, kemudian dibaptis dan diberi nama Varuna dan Varsha–diambil dari nama dewa air yang masing-masing mewakili musim hujan.
Saat menuju hotel untuk melakukan upacara, kedua calon mempelai katak diarak melewati jalanan dengan sepeda. Mereka menggunakan pakaian yang dibuat khusus. Katak betina bahkan diberikan cincin untuk dipasang di jari kakinya.
Sebelumnya, undangan telah dibagikan dan para tamu yang diundang diharapkan hadir dan berdoa kepada dewa agar hujan segera turun. Ada ratusan tamu yang menghadiri upacara pernikahan katak yang setelahnya diramaikan dengan pesta tersebut.
Baca Juga: Mengenal Kisah Naga Sadhu, Petapa Suci dan Sakti Pengikut Dewa Siwa
Pengantin katak ini kemudian dikirim ke Mannapalla untuk melakukan "bulan madu". Mannapalla sendiri merupakan desa di dekat Manipal, di mana mereka akan dilepaskan di sana.
India memang kerap mengalami kelangkaan air selama musim panas. Namun, tahun ini, kondisinya sangat parah. Jumlah curah hujannya lebih sedikit dibanding 2018.
Source | : | The Independent |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR