Nationalgeographic.co.id - Seorang ibu yang cerdas akan membesarkan anak-anak yang cerdas pula. Tampaknya kalimat ini lah yang mendorong Yanti Lidiati untuk merangkul ibu-ibu rumah tangga yang putus sekolah untuk mengenyam pendidikan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat An-Nur Ibun.
Perempuan kelahiran Kediri pada tahun 1966 ini tidak berasal dari ruang kosong. Yang ia lakukan adalah meneruskan perjuangan ibunya, Tjijih Rukaesih, yang mendirikan PKBM An-Nur, sebuah institusi informal yang awalnya fokus pada pendidikan bagi anak-anak kurang mampu.
Kini, PKBM An-nur yang dikelolanya sudah melebarkan sayapnya. Tidak hanya fokus pada bidang pendidikan, PKBM An-Nur juga berkembang menjadi wadah pemberdayaan masyarakat sekitarnya, terutama perempuan. Berawal dari inovasi di bidang fashion yang dinamakan "It's Blazer Ibun", Yanti mampu mengangkat produk lokal sarung Majalaya di berbagai pameran tingkat nasional sampai ke negara-negara ASEAN.
Baca Juga: 10 Kebiasaan Simpel Ini Bisa Membantu Kita Cegah Penyakit Mental
Adanya wadah yang menampung produk fashion lokal ini menginspirasi ibu-ibu di sekitar PKBM An-Nur untuk ikut berwirasusaha. Dari sini Yanti berinisiatif untuk membentuk kelompok Wanita Mandiri Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Anggota kelompok yang terdiri dari para ibu rumah tangga tidak hanya diberikan pendidikan kecakapan kewirausahaan saja, melainkan juga diikutsertakan dalam program Paket C agar memiliki ijazah pendidikan. Tidak tanggung-tanggung, Yanti yang menjabat sebagai Kepala Sekolah PKBM An-Nur juga menyiapkan Paket C-Daring, yaitu kurikulum setara SMA yang dapat diikuti secara online.
"Mereka (warga) dapat belajar di lokasi di mana pada saat itu ia berada, menggunakan handphone atau layanan internet. Dengan begitu mereka dapat memaksimalkan handphone atau alat komunikasi yang dipunya untuk sesuatu yang jauh lebih berguna," jelas Yanti mengenai program Paket C-Daring ini.
Hingga saat ini, Yanti telah membina 21 orang perempuan dan menampung beragam produk lokal hasil kreasi para perempuan Kecamatan Ibun, seperti makanan, kreasi sarung, kerajinan tangan, dan lain sebagainya kini juga dapat ditemui di Galeri mungil bernama "Blazer Ibun" di Desa Lampegan, Kecamatan Ibun.
Keberhasilan pembinaan yang dilakukan Yanti terbukti dari omzet kelompok yang mencapai ratusan juta per bulannya, dengan rata-rata omzet masing-masing produk per bulannya mencapai 4,9 juta rupiah.
Perjalanan Yanti dalam mengembangkan kemandirian bagi para ibu melalui kegiatan wirausaha menginspirasi banyak orang. Yanti sendiri mengaku bahwa kegiatan ini sebenarnya sederhana saja, yaitu dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat itu sendiri. Untuk itu, Yanti bersikeras memotivasi warga setempat untuk berbuat sesuatu dengan memanfaatkan kearifan lokal yang dapat meningkatkan taraf hidup perekonomian, terutama untuk keluarga sendiri terlebih dulu. Setelah itu, Yanti yakin motivasi untuk berwirausaha akan menular ke tetangga-tetangga lainnya.
Sebagai pengelola PKBM An-Nur, Yanti tidak hanya berdiam diri dan menunggu bantuan program dari pemerintah. Ia terus bergerak mencari dan menjaring mitra untuk mewujudkan program-program lembaganya. Semua Yanti lakukan untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan dan memberi apresiasi kepada warga yang ingin belajar, agar dapat menjalani hidup yang lebih bermanfaat.
Semangat dan usaha Yanti menunjukkan ia tidak mengenal kata lelah, hingga tidak heran bila PKBM An-Nur menjadi mitra binaan dari program CSR banyak instansi ternama, seperti PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang, PP PAUD dan DIKMAS Jawa Barat, Puspa IPTEK Kota Baru Padalarang, dan masih banyak lagi. PKBM An-Nur sendiri merupakan mitra binaan CSR PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sejak 2006 silam.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR