Jam kerjanya pun menjadi bertambah. Ia bekerja dari jam delapan pagi sampai dengan jam dua siang, namun kini bertambah hingga pukul empat sore, tergantung jumlah pasien yang masuk. Bahkan dia pun kadang membawa berkas pasien dan menginputnya di rumah menggunakan gawai cerdasnya. "Biasa torang bawa berkas pasien ke rumah, Kak, kalau banyak,” ujar Nelda. “Karena di kantor de pe jaringan lambat, lalod batunggu lama, di rumah pakai hape ba input sto, Kak," ujarnya.
Menurut Eda, dulunya jaringan di puskesmas sempat bagus setelah diperbaiki oleh petugas jaringan, namun tidak lama kembali lambat lagi bahkan kadang tidak bisa mengakses. Dia pun berharap agar jaringan segera diperbaiki, selain memudahkan kerjaannya dan juga pasien tidak berlama-lama menunggu di puskesmas maupun di rumah sakit.
Sebagai perawat yang bertugas untuk memasukkan data ke sistem, dirinya harus menunggu lama untuk proses penyimpanan data setiap pasien. Bahkan, ia bisa menginput data dari 25 sampai 80 pasien.
Baca Juga: Proyek Palapa Ring Telah Paripurna, Tiba Saatnya Kemerdekaan Jaringan Internet Kecepatan Tinggi
Di Puskesmas Enemawira, saya bertemu dengan Helita Agustina (24), bidan yang berasal dari Lampung yang sudah bekerja selama dua tahun di Enemawira dalam program Nusantara Sehat dari Kementerian Kesehatan. Kendala yang disampaikan juga sama, saat pengimputan data klaim BPJS, jaringan internet dan wifi sangat lambat. "Jaringannya lalod sto Kak. Kadang torang pakai kuota data (sendiri) untuk input data klaim BPJS,"
Selain itu dia pun menceritakan kepada saya, kadang setelah satu bulan baru mereka memasukkan laporan ke BPJS. Helita berharap jaringan internet di Sangihe bisa lebih bagus lagi. Tujuannya, supaya memudahkan orang bekerja, khususnya bagi pegawai yang harus memakai koneksi internet seperti pengimputan data di puskesmas-puskesmas. Harapannya, para pasien tidak masuk dalam antrean panjang lagi.
"Saat orang pusat datang, jaringannya bagus. Kalau orang pusat pulang, jaringannya jelek lagi sto, Kak," ujar Helita dengan dialek Sangirnya.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR