“Dewi Sartika adalah seorang perempuan yang sangat progresif. Pemikiran dia saat itu ternyata masih sangat relevan dengan saat ini. Saya merasa Dewi Sartika adalah orang yang sangat cinta terhadap isu gender. Dia begitu berjuang demi perempuan,” paparnya.
“Apa yang menjadi masalah pada 1900-an, rasanya juga terjadi saat ini. Memang ada perkembangan, tapi juga banyak sekali yang harus diperjuangkan, termasuk soal kesetaraan,” tambah Sita.
Baca Juga: Cerita Pemimpin Redaksi National Geographic Tentang Jurnalisme dan Karier
Monolog Wanodja Soenda ini diharapkan dapat meyebarluaskan kisah ketiga perempuan hebat tersebut yang selama ini mungkin kurang diketahui. Selain itu, diharapkan perjuangan mereka dapat menginspirasi perempuan-perempuan Indonesia dalam mencapai impiannya.
“Saya berharap apa yang disampaikan dari Wanodja Soenda ini bisa menginspirasi perempuan-perempuan lain. Meski saat itu situasinya sulit, tapi mereka masih memiliki energi untuk menyampaikan pendapat dan bermanfaat bagi sekitarnya,” ungkap Maudy Koesnaedi, pemeran Lasminingrat.
Meski kini baru diselenggarakan di Bandung, tapi pertunjukkan Monolog Wanodja Soenda ini rencananya juga akan dilangsungkan di beberapa wilayah lain di Indonesia.
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR