Nationalgeographic.co.id - Dari seluruh permukaan bumi, 3/4 permukaannya adalah air. Sekitar 96,5 persennya adalah air di samudera, dan 3,5 persennya air tawar. Meski begitu, James O’Donoghue, ilmuwan planet dari Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAXA) yang sebelumnya bekerja di Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) mengunggah video rupa bumi jika air mengering.
Video tersebut hasil disunting kembali menjadi resolusi tinggi dan diunggah oleh O’Donoghue berdasarkan data dan gambar dari Studio Visualisasi Ilmiah NASA. Sebelumnya, video mengenai rupa bumi tanpa lapisan air pernah dibuat oleh Horace Mitchell, seorang animator NASA, pada 2008.
Baca Juga: Tak Hanya Pemanasan Global, Hal Ini Sebabkan Gletser Greenland Mencair
O’Donoghue menyunting ulang video tersebut dengan kecepatan yang lebih lambat. Tujuannya agar dapat memberikan visual yang lebih jelas mengenai bagaimana air mengering serta menampilkan dataran purba di bawah laut, anak benua, dan palung secara perlahan.
Tayangan tersebut juga menunjukkan pegunungan yang membentang di bawah 2000 hingga 3000 meter di bawah laut. Rentang pegunungan tersebut mencapai 37.000 mill di seluruh dunia.
"Saya memperlambat gerakannya karena ada banyak sekali pemandangan dasar laut yang langsung terungkap dalam puluhan meter pertama," ungkap O'Donoghue, dilansir dari Business Insider.
Baca Juga: Kenaikan Suhu Diprediksi Meningkatkan Penyakit Baru dan Angka Kematian
Dataran purba yang terlihat dalam video ini juga dapat membantu peneliti mengetahui jalur migrasi manusia purba pada zaman es. Dataran purba tersebut seperti dataran genting yang menghubungkan Siberia dan Alaska, atau dataran genting Sunda yang menyatukan Pulau Kalimantan, Jawa, Sumatera dan semenanjung Malaya.
“Ketika zaman es terakhir terjadi, banyak air laut terkurung menjadi es di kutub bumi. Karena itulah dataran genting itu dulu ada,” kata Donoghue.
"Masing-masing mata rantai ini memungkinkan manusia untuk bermigrasi, dan ketika zaman es berakhir, lautan mengurungnya," pungkasnya.
Source | : | Business Insider,Foxnews |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR