Nationalgeographic.co.id—Batik tulis memiliki ragam pewarna alami seperti kayu jati, kayu nangka, daun teh, dan kunyit. Namun pewarna alami batik yang tak kalah populer berasal dari pohon mangrove. Memiliki total luas ekosistem mangrove sebesar 767.2 Ha, masyarakat Semanting, Kalimantan Timur pun mencetak batiknya dari bahan mangrove.
Goresan batik tulis buatan masyarakat Semanting memiliki motif penyu juga beragam bunga dengan warna dasar berwarna biru. Sri Ngesti Utami (38) salah seorang warga mengatakan bahwa mereka belum menemukan ciri khas batik daerahnya karena masih dalam tahap pembelajaran.
“Untuk saat ini belum ada batik khas Semanting karena masih dalam tahap pembelajaran. Karena baru dikenalkan bahwa mangrove disini bagus untuk pewarna batik.” Kata Sri pada National Geographic Indonesia di Semanting, Kalimantan Timur (06/03/2020).
Masyarakat Semanting baru menyadari pemanfaatan mangrove untuk pewarna batik alami sejak dikenalkan oleh pembatik asal Surabaya, Lulut Sri Yuliani dan Ni Nyoman Yeni Susanti Susanti asal Bali pada Agustus 2019 lalu dengan The Nature Conservacy (TNC).
Baca Juga: Uniknya Telur Asin dengan Motif Batik Karawang
Pembelajaran yang dilakukan diantaranya ialah menggambar motif, mencanting, mewarnai, sampai hasil jadi.
Proses membatik dikerjakan secara berkelompok, dimulai dengan menjiplak cetakan gambar dari kertas ke kain sepanjang satu meter. Setelah semua tercetak baru batik di canting memakai lilin batik atau malam. Setelah penyantingan selesai baru batik diwarnai bolak-balik sampai 7-10 kali.
Mewarnai batiknya pun menggunakan bahan yang berbeda-beda. Bahan mangrove yang dijadikan batik bisa dihasilkan dari rebusan ranting, batang, dan buahnya. Selain dari magroove, pewarna batik juga berasal dari dedaunan dan bunga-bunga di kawasan kampung.
“Dari warna dasar sampai yang didalmanya berbeda mewarnainya. Ada pewarna yang dari mangrove, warna bunga-bunga yang ada di sekitar kampung seperti daun jambu. Untuk pewarna alami dari daun, bunga, dan mangrove menghasilkan warna yang berbeda” jelas Sri.
Sri menambahkan bahwa walaupun bahan alami berasal dari Semanting akan tetapi penguatnya masih berasal dari Jawa. Bahan penguat itu direbus sampai berkurang menjadi induk warna.
Potensi batik Semanting ini nampaknya belum dioptimalkan secara maksimal lantaran belum teruji kualitasnya. Karena batiknya belum menjadi sebuah pakaian, baru berupa kain.Namun untuk mendongkrak kerajinan batik, salah seorang warga Semanting sampai belajar membatik ke Semarang. Walaupun masih tahapan belajar, batik Semanting tidak bisa dipandang sebelah mata.
Source | : | Wawancara warga Teluk Semanting |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR