Nationalgeographic.co.id— "Hampir 15 tahun silam," kata Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic Indonesia. "Saat itu pertama kali kami belajar dan tinggal bersama para penjaga Owa Jawa di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango."
Didi terkenang ketika majalah kotak kuning ini berada di tahun pertamanya beredar di Indonesia. Kemudian dia melanjutkan, "Hari ini kami kembali dalam perjalanan yang kami beri tajuk 'Kelana Lestari'—sebuah kisah perjalanan kami bersahabat dengan alam. Mencari inspirasi, demi sebuah asa kepedulian lebih banyak lagi orang peduli terhadap sekitarnya."
Kelana Lestari merupakan misi perjalanan berkendara sepeda motor yang utamanya menyinggahi dan menyigi kawasan konservasi, sekaligus membangun kedekatan dengan warga dalam upaya pelestarian lingkungan.
Perjalanan ini merupakan bagian perayaan 15 Tahun National Geographic Indonesia hadir di Tanah Air kita. Beredarnya majalah ini dalam edisi bahasa Indonesia diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 28 Maret 2005. Edisi April tahun itu menjadi edisi perdananya
Didi menambahkan bahwa perjalanan muhibah ini terselenggara berkat dukungan Kawasaki dan pelanggan majalah National Geographic Indonesia.
Sucipto selaku Section Head Marketing PT Kawasaki Motor Indonesia mengungkapkan bahwa dia sangat mendukung misi perjalanan personel National Geographic Indonesia dalam Kelana Lestari. “Berkendara roda dua memudahkan akses yang tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.”
Perjalanan ini akan menempuh waktu tiga hari, 14-16 Maret 2020. Bermula dari Kantor Redaksi National Geographic Indonesia yang berlokasi di Gedung Kompas Gramedia, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Tim National Georaphic Indonesia dan Kawasaki menyusuri jalan raya menuju Kota Bogor.
Riwayat Kota Bogor sarat dengan simbol pelestarian. Kota yang dibelah Sungai Ciliwung itu memiliki tapak hutan samida, hutan buatan tinggalan Prabu Siliwangi, Raja Kerajaan Pajajaran. Kini, lokasi tapak hutan itu diyakini menjadi kawasan Kebun Raya Bogor. Kebun botani tertua se-Asia Tenggara itu menjadi pusat penelitian, pengembangan konservasi, sarana pendidikan lingkungan, dan wisata warga.
“Kita bisa memulai perjalanan lestari dengan hal-hal kecil,” ungkap Didi. “Kurangi dampak buruk kita terhadap planet ini, dukung perekonomian setempat, dan lindungi kehidupan liar.”
Sekitar 90 kilometer perjalanan, tim Kelana Lestari akan singgah di Bodogol, tepian Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Inilah salah satu taman nasional yang paling dekat dengan Jakarta. Kawasan konservasi ini dikelola untuk melindungi dan melestarikan ekosistem dan flora pegunungan yang cantik di Jawa Barat. Di sini terdapat Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa atau sering disebut Javan Gibbon Center. Owa jawa, yang bernama ilmiah Hylobates moloch, adalah primata yang gemar bernyayi. Namun, perburuan dan perdagangan membuatnya sunyi.
Titik persinggahan berikutnya adalah Situgunung, sekitar 46 kilometer dari Bodogol. Danau yang menjadi bagian potensi wisata Kabupaten Sukabumi ini memiliki keasrian alam dan satwa penghuninya—seperti monyet ekor panjang Macaca fascicularis.
Selama tiga hari perjalanan ini kelak setiap personel tim Kelana Lestari memiliki pengalamannya sendiri. Setiap orang memiliki suaranya sendiri untuk bercerita. Ibnu Batuta, penjelajah asal Maroko yang pernah singgah di Nusantara, memiliki makna di balik perjalanan. “Perjalanan membuatmu tak bisa berkata-kata,” ungkapnya, “namun akan membuatmu menjadi seorang pencerita.”
Simak kabar Kelana Lestari terkini melalui sajian berita yang ditayangkan di web dan media sosial National Geographic Indonesia. Mari meramu misi perjalanan lestari bersama kami melalui kelana, etika, dan bercerita.
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR