Nationalgeographic.co.id - Selama 20 tahun terakhir, Norris Geyser Basin di Taman Nasional Yellowstone mengalami pergerakan naik-turun tidak menentu. Para ilmuwan menyebutkan bahwa kejadian tersebut disebabkan karena beberapa magma terjebak di bawah tanah.
National Geographic mencatat, sejak 1996 hingga 2004, tanah Norris Geyser Basin naik 12 sentimeter. Kemudian pada 2005 hingga 2013 tenggelam sedalam 7 sentimeter. Hingga kemudian naik lagi antara akhir 2013 hingga awal 2014 dengan kecepatan 15 sentimeter per tahun--menjadi peristiwa kenaikan yang tercepat yang didokumentasikan di Yellowstone.
Gempa berkekuatan 4,9 SR di kawasan tersebut pada 2014, membuat tanah itu bergerak lebih lambat hingga 2019. Dan kini, ditemukan cekungan tersebut lebih tinggi 13 sentimeter.
Baca Juga: Dampak Karantina Wilayah, Hewan-hewan Ini Alami Perubahan Perilaku
Untuk menelitinya, para ilmuwan berfokus pada sistem magma di bawah Yellowstone yang dipelajari sejak 1979.
"Penemuan itu (sistem magmatik) memotivasi pencarian kami untuk memahami penyebab pengangkatan dan penurunan permukaan tanah di dekat Norris," Daniel Dzurisin, salah seorang peneliti dari US Geological Survey (USGS) Cascades Volcano Observatory, dilansir dari LiveScience.
Para peneliti menggunakan GPS dan satelit untuk memetakan dan melacak peristiwa tersebut di Norris dan kaldera Yellowstone selama waktu ke waktu.
"Ada sekitar dua lusin stasiun GPS di taman yang beroperasi terus menerus, memberikan informasi yang sangat tepat tentang gerakan tanah dalam tiga dimensi di lokasi tersebut," kata Dzurisin.
Data GPS dan satelit menunjukkan penyebab pergerakan yang kacau di Norris Geyser Basin. Mengungkapkan adanya intrusi magma sekitar 16 kilometer di bawah tanah yang menyebabkan pengangkatan pada 1996 hingga 2001.
Sedangkan pada pergerakan 2013-2014 dan 2016 dapat dilihat gelembung yang keluar dari magma. Cairan magma ini terakumulasi pada 2013, menjadi reservoir bawah tanah yang disegel dan pecah saat gempa 2014.
Saat reservoir pecah, beberapa fluida keluar dan tenggelam di atas reservoir sehingga membuatnya mengalir ke barat dan ke atas di sepanjang patahan dan fraktur bawah tanah sekitarnya. Pada 2016, cairan ini keluar lagi dan menumpuk lebih dekat ke permukaan.
Akibat dari terjebaknya cairan-cairan ini, tanah di atasnya menjadi naik, dan ketika dikeluarkan dan dipindahkan ke lokasi yang baru, tanah menjadi turun.
Baca Juga: Burung Flamingo Memiliki Persahabatan yang Erat Selama Bertahun-tahun
Penelitian ini menjadi yang pertama kali dalam pengidentifikasian siklus intrusi magma yang lengkap beserta cairan dari bawah tanah yang keluar.
Para ilmuwan, dilansir dari National Geographic, memperkirakan bahwa peristiwa ini berkaitan dengan peningkatan aktivitas di Steamboat Geyser yang berada di kawasan Norris Geyser Basin pada 2018.
Kedepannya, Dzurisin bersama tim penelitiannya berharap untuk bisa mempelajari cairan yang menggelembung melalui permukaan untuk melihat adanya tanda-tanda kimiawi yang dari proses magmatik.
Source | : | Live Science,National Geographic |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR