Nationalgeographic.co.id - Meroë, atau yang juga disebut Medewi, adalah wilayah arkeologis dan ibu kota kuno Kerajaan Nubia Kush, yang terletak di tepi timur Sungai Nil, Sudan.
Kerajaan Nubia Kush didirikan setelah zaman perunggu runtuh. Selama abad ke-8 SM, Raja Kushite Kashta dan penggantinya, Piye, menyerbu Mesir dan menyatakan diri sebagai Firaun Nubia dari dinasti ke-25.
Raja-raja Nubia kehilangan kekuasaan di Mesir setelah dikalahkan oleh Kekaisaran Neo-Asyur di bawah kekuasaan Ashurbanipal dan diusir ke Napata oleh Psamtik I, yang juga membebaskan Mesir dari kontrol Asyur sekitar 664 SM.
Serbuan di Napata dan kekeringan di wilayah lain menyebabkan munculnya Meroë sebagai pusat baru Kerajaan Kush dan membentuk periode Meroitik, menurut heritagedaily.
Baca Juga: Monumen Tertua dan Terbesar Peninggalan Suku Maya Terungkap
Karena jaraknya yang jauh dari peradaban lain, orang Kush mengembangkan budaya Mesir mereka yang dinamis dengan sistem penulisan, seni, dan praktik penguburan Meroitik sendiri.
Setelah kematian Cleopatra di Mesir, kekuasaan dinasti Ptolemeus di Mesir berakhir dan Mesir menjadi provinsi baru Kekaisaran Romawi. Ini membawa Meroë perang dengan Romawi pada abad ke-1 SM.
Baca Juga: Arkeolog Temukan Ratusan Tulang Mamut dI Bandara Meksiko
Menyusul serangkaian kampanye yang berhasil oleh orang-orang Romawi, perjanjian damai disepakati, dan periode perdagangan membuka industri besi, tekstil, dan tembikar Meroe ke seluruh Kekaisaran Romawi.
Kejayaan Meroë dan Kerajaan Kush mulai menurun sekitar 300 Masehi karena jatuhnya perdagangan internal dengan negara-negara lembah Nil--ditunjukkan melalui bukti arkeologis.
Beberapa ahli berpendapat bahwa kerajaan itu diserbu sekitar tahun 330 M oleh bangsa Aksumit, dengan dibuktikan oleh prasasti yang didirikan oleh Raja Aksumit.
Source | : | heritagedaily |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR