Nationalgeographic.co.id - Embun es (frost) kembali terjadi di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Dari tahun ke tahun, fenomena tersebut menarik minat banyak wisatawan lantaran frost yang menyelimuti banyak tempat, seperti salju.
Mengapa dan bagaimana embun beku di Dieng bisa terbentuk? Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa pada saat musim kemarau mencapai puncaknya, hampir setiap tahun wilayah di Indonesia bagian selatan merasakan suhu lebih dingin di malam hari terutama saat langit cerah.
“Hal itu disebabkan oleh monsun Australia (angin timuran) yang kering dan bertiup lebih kuat melewati lautan yang juga dingin,” tutur Dr Indra Gustari, ST., M.Si., selaku Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG kepada Kompas.com, Minggu (27/7/2020).
Baca Juga: 9 Alasan Mengapa Perubahan Iklim Memicu Kebakaran di Berbagai Negara
Secara geografis, Dieng memiliki ketinggian 2.093 mdpl. Secara meteorologis, suhu udara akan turun secara gradual mengikuti ketinggian tempat dengan rata-rata laju penurunan suhu adiabatis (lapse rate adiabatic) sebesar 0,65 derajat Celcius tiap kenaikan 100 meter. Penurunan suhu secara gradual tersebut terus berlangsung hingga udara mencapai ketinggian tropopause (10-14 km).
Di sekitar Dieng, alat pengukur parameter cuaca yang dimiliki BMKG adalah Stasiun Pengamat Cuaca Otomatis (Automatic Weather Station/ AWS) Tambi Wonosobo pada ketinggian 1.370 mdpl dan AWS Pandanarum Banjarnegara pada ketinggian 635 mdpl.
Saat tahun lalu viral berita fenomena embun es di sekitar Candi Arjuna dan lereng Pegunungan Dieng, pada 20 Juni 2019 pukul 06.00 WIB suhu minimum terendah tercatat oleh AWS Pandanarum yaitu 14 derajat Celcius.
Dengan lapse rate 0,65 – 0,95 derajat Celcius setiap kenaikan 100 meter, maka estimasi suhu udara di wilayah Dieng diperkirakan dapat mencapai 4,5 derajat Celcius hingga 0,1 derajat Celcius. Dengan estimasi tersebut, jelas bahwa sangat mungkin Dieng memiliki suhu 0 derajat Celcius.
“Tahun lalu BMKG memasang AWS portabel di kawasan Candi Arjuna. Masyarakat melaporkan suhu sampai -11 derajat Celcius, namun nyatanya -2 derajat Celcius,” papar Indra.
Pembentukan embun beku
Berdasarkan tulisan Siswanto, M.Sc., selaku Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG yang dimuat dalam publikasi KLIMA (2019), ketiadaan hujan, angin yang tenang, dan kelembapan udara yang relatif rendah mendukung terbentuknya embun beku.
Kejadian frost di Dieng diklasifikasikan sebagai frost radiative yang disebabkan oleh proses pelepasan radiasi panas pada malam hari yang lebih intensif dari permukaan tanah. Hal ini menyebabkan cepatnya pendinginan permukaan. Proses ini dikaitkan dengan pusaran tekanan udara tinggi pada malam hari, dengan angin yang tenang dan tanpa terjadinya awan (malam yang cerah).
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR