Mengeluarkan insentif
Ketika pemerintah mencoba meningkatkan angka kelahiran di suatu negara, yang sering terjadi adalah “pemaksaan”. Padahal, cara-cara yang dilakukan bisa lebih baik.
Di negara-negara Skandinavia misalnya, angka kelahiran meningkat lebih dari yang ditargetkan karena insentif seperti sistem cuti hamil dan pengasuhan anak yang menguntungkan orangtua.
Jadi, di masa depan, Dr Ritchie mengatakan, negara-negara kaya bisa memberlakukan sistem pendukung yang “murah hati” untuk meningkatkan populasi. Begitu pula dengan pemberian insentif bagi setiap keluarga.
Para penduduk di negara maju cenderung menolak memiliki anak karena biaya hidup yang tinggi. Mereka takut tidak dapat membiayai kehidupan anaknya.
Perlu lebih banyak tenaga kesehatan
Menurut Dr Tiziana Leone dari London School of Economics, jika populasi menurun dan lebih banyak orang lanjut usia, maka mereka akan membutuhkan perawatan di akhir hidupnya.
Baca Juga: Para Psikolog Berbagi Kiat Agar Merasa Bahagia Setiap Hari, Ini yang Mereka Lakukan
Dr Leone mengingatkan negara-negara dengan populasi menua untuk siap menghadapi krisis, terutama pada sektor kesehatan dan sosial.
“Kita harus mulai dari sekarang untuk melatih tenaga kerja yang tepat. Kita mungkin tidak terlalu perlu dokter anak dan ginekolog,” katanya.
Manfaat bagi lingkungan?
Menurut Profesor Sarah Harper dari Oxford Institute of Population Ageing, penurunan populasi bisa menjadi hal baik bagi lingkungan. Namun, di sisi lain, jika dunia menjadi lebih kaya dan manusia mengonsumsi lebih banyak—meskipun jumlah populasi menyusut—maka keberlangsungan alam juga tidak terjamin.
Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara kaya diketahui mampu mengurangi emisi CO2 dengan berinvestasi dalam teknologi.
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR