Nationalgeographic.co.id - Penelitian baru yang dilakukan ilmuwan dari Duke University membantu menjawab pertanyaan masker jenis apa yang paling efektif mencegah droplets. Dalam uji coba yang dilakukan, ahli menggunakan perangkat laser sederhana untuk membandingkan 14 jenis masker.
Dengan memakai masker, kita dapat membantu mengurangi penularan Covid-19. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua jenis masker wajah dapat efektif memblokir droplets atau tetesan berisi virus saat kita batuk, bersin, berbicara, atau bahkan bernapas.
"Pertanyaan pentingnya, seberapa baik jenis masker tertentu mencegah penyebaran virus dalam droplets," kata pemimpin peneliti sekaligus spesialis pencitraan molekuler Martin Fischer.
Lalu, jenis masker seperti apa yang baik untuk digunakan?
Baca Juga: WHO: Angka Penyebaran Meningkat, Pandemi COVID-19 Masih Panjang
Pertanyaan ini sangat relevan dengan pandemi Covid-19, mengingat banyak orang membeli masker secara online atau membuatnya sendiri di rumah.
Pengujian masker yang dilakukan sejauh ini adalah menguji keefektifan masker bedah dan masker N95, bukan masker kain atau kain penutup wajah yang bisa longgar.
"Masker bedah biasanya dipakai tenaga medis. Itu telah banyak diuji dalam pengaturan klinis," kata Fischer.
"Namun sejauh yang kita tahu, keefektifan berbagai jenis masker lain, terutama masker kain belum diuji," imbuhnya seperti dilansir Science Alert, Senin (10/8/2020).
Eksperimen
Karena itulah, Fischer dan timnya melakukan eksperimen dengan media laser mudah dibuat dan murah, untuk menguji bagaimana keefektifan berbagai jenis masker dalam mencegah droplets yang keluar dari mulut saat berbicara.
Dalam uji cobanya, tim Fischer menggunakan lensa untuk mengubah lensa menjadi cahaya. Lembaran cahaya tipis itu akan bersinar melalui selungkup gelap yang terbuat dari karton dan lakban, ini akan membantu kita melihat ketika ada droplet melewatinya dengan bantuan kamera handphone.
Mereka meminta orang mengucapkan "Tetap sehat" ke arah lembaran cahaya sambil mengenakan 14 jenis masker. "Kami memastikan, ketika orang berbicara dan droplets keluar mulut. Ini berarti, penyakit tetap dapat menyebar dengan berbicara, tanpa batuk atau bersin," kata Fischer.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR