Nationalgeographic.co.id - Semenjak adanya pandemi COVID-19, hampir semua sektor usaha terkena dampaknya termasuk pariwisata. Meski kini keadaan sudah berangsur ‘normal’ dan sudah banyak sektor usaha yang bisa menjalankan usahanya lagi, tapi tidak dengan pariwisata. Masih banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk memulai lagi usaha pariwisata. Hal ini membuat para pelaku wisata tidak dapat lagi menggantungkan hidupnya dari sana.
Wisata virtual yang melibatkan komunitas dan para pelaku wisata dapat menjadi pilihan solusi dimasa pandemi ini, agar roda perekonomian dan promosi wisata dapat terus berlangsung secara online.
Traval bekerja sama dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk membuat sebuah program yaitu Virtual Heritage.
Virtual Heritage ini mengangkat wisata tematik berbasis budaya dan wisata berbasis komunitas di delapan titik yang tersebar di wilayah Barat dan Timur Indonesia. Juga membahas para komunitas ini as a local heroes dalam pelestarian dan pengembangan budaya daerah masing-masing supaya menjadi tempat wisata yang menarik.
Tujuan dibuatnya program Virtual Heritage ini pertama, agar destinasi wisata yang dikelola oleh komunitas-komunitas ini lebih dikenal secara umum dan menjadi pilihan wisata alternatif dimasa pasca pandemi. Kedua, untuk berbagi informasi dan cerita awal mula komunitas ini membangun daerahnya masing-masing, supaya bisa menjadi inspirasi bagi komunitas-komunitas lainnya dari seluruh Indonesia untuk membangun daerahnya menjadi tempat wisata. Juga agar anak-anak muda mulai turut perpartisipasi dalam mengembangkan komunitas dalam melestarikan dan pengembangan budaya yang ada di Indonesia.
Bersama dengan komunitas Lakoat Kujawas di Timor Tengah Selatan, Kayaka Humba di Sumba Timur, Hetika di Bangka Barat, Jabu Sihol di Pematang Siantar, Rumah Cinta Wayang di Depok, Kesengsem Lasem di Rembang, Lepo Lorun di Maumere, dan Pulau Penyengat Kite di Tanjung Pinang, Traval ingin mendukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia dalam mengidentifikasi dan memajukan wisata tematik yang berbasis komunitas.
Traval Virtual Heritage ini tidak dipunggut biaya alias gratis, tapi Traval juga menggalang dana dalam setiap LIVE yang 100% hasilnya akan diberikan untuk kegiatan pelestarian budaya oleh komunitas masing-masing.
Selain itu, selama LIVE nanti, Anda juga bisa membeli merchandise khas dari daerah yang ANda pilih misalnya kain tenun dari Humba atau kain batik dari Kesengsem Lasem.
Berikut jadwal pelaksanaan Virtual Heritage:
1. Sabtu, 26 Sep 2020, pukul 10.00 WIB, Batik Tiga Negri Lasem bersama Didiet Maulana
2. Sabtu, 3 Oct 2020, pukul 10.00 WIB, Lakoat Kujawas bersama Rara Sekar
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR