Nationalgeographic.co.id – Alunan gamelan yang ritmis sesekali mengentak membuka pertunjukkan Tari Topeng Indramayu. Si penari, melenggok dengan gestur anggun, sesekali gagah. Ia berpakaian merah dipadu kain batik bermotif khas pesisir, dipadu dengan hiasan kepala bernuansa emas.
Karakter tarian berubah menyesuaikan dengan topeng yang dikenakan. Setiap gerakan, gestur, dan aksi si penari membetot perhatian dan menarik pikiran penontonnya masuk ke dalam babak demi babak tarian.
Sama seperti seni tari berbagai daerah di Nusantara, Tari Topeng memiliki sisi filosofis yang dalam. Napas emansipasi perempuan pun melekat pada setiap gerakannya. Keindahan dan keagungan seni tari ini kini masih dapat dinikmati berkat seorang maestro tari, Mimi Rasinah.
Rasinah berhasil mempertahankan kesenian ini lintas zaman. Tidak hanya itu, ia juga memperkenalkannya ke khalayak dunia. Magisnya tarian Rasinah membuat Tari Topeng dikenal hingga penjuru Bumi.
Baca Juga: Meski Kecil, Sampah Puntung Tak Bisa Disepelekan
Jika merunut kisah hidupnya, Rasinah hanyalah seorang perempuan biasa yang terlahir di keluarga seniman. Namun, sejak kecil sulung dari 7 bersaudara ini digembleng oleh ayahnya yang adalah seorang dalang Tari Topeng untuk mewarisi keahliannya.
Ia berharap, Rasinah dapat meneruskan upayanya melestarikan tarian ini meski pada masa itu Tari Topeng bukanlah kesenian yang dilakoni perempuan melainkan laki-laki.
Kiprah Rasinah melestarikan Tari Topeng tak jarang mengalami hambatan. Mulai dari situasi politik yang tidak memungkinkan seniman seperti dirinya berkiprah, hingga tantangan zaman yang semakin modern.
Ketika usia mulai tak memungkinkan dirinya untuk sering menari, Rasinah i menurunkan keahliannya menari topeng pada anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya dengan membuka Sanggar Tari Mimi Rasinah. Selain itu, pada cucunya Aerli Rasinah.
Baca Juga: Upaya Seniman Tari dan Wayang Orang Memanfaatkan Teknologi untuk Bertahan di Tengah Pagebluk
Ia yakin Tari Topeng membutuhkan sukma baru agar bisa tetap lestari. Aerli diberikan tongkat estafet untuk meneruskan dirinya melestarikan kesenian tersebut. Di tangan Aerli lah, sanggar tari yang ia dirikan bisa terus melahirkan bibit-bibit baru penerus tari topeng di masa depan.
Berjuang di tengah pagebluk
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR