Burung Dodo mungkin sudah punah lebih dari 300 tahun yang lalu. Namun masih tetap ada saja kisah yang belum terungkap dari burung yang tak bisa terbang ini.
Burung dengan nama latin Raphus cucullatus ini merupakan spesies endemik Mauritius, sebuah pulau di timur Madagaskar di Samudra Hindia. Orang-orang Eropa pertama kali menyadari keberadaan burung itu saat penjelajah Belanda menemukan hewan tersebut pada tahun 1598.
Seiring banyaknya pelaut yang bertandang ke Mauritus, mereka kemudian mulai memanfaatkan burung Dodo sebagai bahan makanan. Habitat mereka juga makin terpojok seiring dominasi tikus, kucing, anjing dan babi yang memakan telur-telur mereka. Dodo akhirnya benar-benar punah di rumah mereka pada tahun 1662.
(Baca juga: Peneliti Temukan ‘Cumi Bengkok’ di Teluk Meksiko)
Selain itu, ada yang menarik soal kisah burung Dodo ini. Mereka ternyata juga sempat dibawa keluar dari tanah kelahirannya untuk tujuan tertentu.
Salah satunya adalah burung Dodo yang kini menjadi koleksi dari Museum Sejarah Alam Universitas Oxford di Inggris. Paul Smith direktur Museum Sejarah Alam Universitas Oxford menduga koleksi burung Dodo yang kemudian diberi nama Dodo Oxford ini awalnya dibawa ke London untuk sebuah pertunjukan pada tahun 1638. Orang-orang merasa penasaran dan mau membayar untuk melihat dan memberi makan burung Dodo. Barulah kemudian Dodo diambil alih oleh John Tradescant, yang menjadikannya sebagai koleksi untuk museum tersebut.
Meski begitu, ada hal lain juga yang berhasil ditemukan manakala peneliti Oxford bersama Universitas Warwick melakukan penelitian terhadap koleksi tersebut.
Ternyata, saat dilakukan pemindaian micro-CT lebih lanjut, mereka menemukan adanya tanda-tanda bintik aneh di leher dan bagian kepala burung yang tidak bisa terbang ini. Bintik kecil itu merupakan peluru kecil. Ini berarti seseorang memburu dan menembak burung Dodo itu dari belakang.
"Awalnya kami menduga Dodo dibawa ke London dalam keadaan hidup. Namun sekarang ada pemikiran lain soal bagaimana spesimen itu sampai ke sini," kata Smith dikutip dari Live Science, Jumat (20/4/2018).
Anehnya, scan tersebut mengungkapkan bahwa peluru tidak menembus tengkorak tebal burung ini. Meski begitu, tembakan peluru itu tetap membuatnya terbunuh.
"Saat ini, kami tidak tahu di mana burung itu ditembak," kata Mark Williams dari Universitas Warwick.
(Baca juga: Mengenal 13 Jenis Ular Piton yang Ada di Indonesia)
"Apakah itu ditembak di Inggris? Lebih mungkin, apakah itu ditembak di Mauritius dan kemudian dipindahkan ke Amerika Serikat? Apakah itu tembakan untuk makanan di kapal? Kami benar-benar tidak tahu," imbuhnya.
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR