Nationalgeographic.co.id - Terletak di perkebunan di dekat Sungai Drysdale, Kimberley, Australia Barat, sebuah gua menyimpan lukisan cadas tertua di Australia berusia 17.300 tahun. Lukisan cadas itu diidentifikasi berbentuk kanguru yang dibuat oleh Aborigin kuno.
Para arkeolog dari University of Melbourne bersama komunitas Aborigin setempat mevalidasi temuan itu sebagai tertua yang asli. Mengingat, ada banyak lukisan cadas di sekitarnya yang ternyata dilukis ulang selama ribuan tahun, salah satunya yang menyerupai manusia.
Lukisan cadas sepanjang dua meter itu berada di langit-langit bebatuan wilayah Kimberley dengan gaya naturalistik awal. Gaya naturalistik di Australia selalu identik dengan menampilkan gambar hewan yang sesuai dengan ukuran aslinya. Selain itu lukisan yang tumpang tindih juga ciri gaya naturalistik Australia di masa lalu.
Baca Juga: Memetakan Seni Cadas di Perairan Papua, Menyingkap Peradaban Leluhur Nusantara
Dalam laporan yang diterbitkan di jurnal Nature Human Behaviour, Senin (22/02), para peneliti mengidentifikasi radiokarbon pada 27 sarang tawon lumpur kuno yang tertutupi maupun di sekitar cadas.
Damien Finch, penulis utama peneliti dari The School of Earth Sciences, The University of Melbourne, mengungkapkan bahwa sangat jarang ditemukan sarang tawon lumpur yang tumpang tindih dengan suatu lukisan cadas.
Sampel radiokarbon itu diambil dari dua jenis untuk menentukan usia minimum dan maksimum karya seni tersebut.
"Tantangan utama, secara global, dalam menentukan penanggalan lukisan kuno yakni mereka sangat jarang menggunakan pigmen yang dapat diberi penanggalan dengan salah satu teknik penanggalan kuantitatif kali ini," ungkapnya, dikutip dari AFP.
Baca Juga: Avontur Virtual Arkenas: Mengenalkan Kebinekaan dalam Arkeologi
Dengan temuan ini para peneliti dapat membaca kondisi semasa lukisan cadas ini dibuat. Diperkirakan periode naturalistik masyarakat Aborigin terjadi hingga sekitar periode zaman es terakhir di Australia.
"Jadi lingkungannya lebih dingin dan lebih kering daripada hari ini," terang Finch.
Mengingat bangsa Aborigin adalah penduduk asli Australia, temuan ini menjadi arti penting bagi mereka, dan sejarah Australia. Maka sangat penting, menurut para peneliti, untuk menyertakan penduduk asli Aborigin pada studi ini, maupun di masa depan.
"Gambar kanguru ikonik ini secara visual mirip dengan lukisan batu dari pulau-pulau di Asia Tenggara yang berasal dari lebih dari 40.000 tahun yang lalu, [yang] menunjukkan hubungan budaya— dan menunjukkan seni cadas yang lebih tua di Australia," kata Dr. Ouzman, kepala proyek studi dari University of Western Australia.
Selama periode naturalistik pada 17.000 tahun yang lalu, permukaan laut 106 meter lebih rendah dari sekarang. Para peneliti memperkirakan, rendahnya permukaan mengakibatkan Australia 300 kilometer lebih jauh setengahnya ke Pulau Timor.
Baca Juga: Fosil Cumi-cumi Vampir Langka Ditemukan Kembali Setelah Lama 'Hilang'
Ketika memasuki periode Gwion pada 12.000 tahun yang lalu yang mengakibatkan laut naik berada 55 meter dari permukaan kini, mengakibatkan penyesuaian jangka panjang pada hubungan sosial dan masyarakat sekitar.
"Pada saat itulah para pelukis Aborigin menggambarkan sosok manusia yang dihias dengan tinggi, sangat mirip dengan foto-foto pakaian upacara Aborigin awal abad ke-20. Sementara tumbuhan dan hewan masih dilukis, sosok manusia jelas merupakan subjek yang paling populer," tulis para peneliti.
Studi yang berbasis di Kimberley ini merupakan bagian dari proyek penanggalan seni cadas terbesar di Australia. Proyek itu dipimpin oleh Andy Gleadow dari University of Melbourne dan melibatkan Aborigin Balanggara Corporation, universitas-universitas di Australia Barat, Wollonggong, Manchester, dan organisasi sains Australia lainnya.
Lewat laporan studinya, para peneliti berencana untuk mengembangkan skala waktu lukisan cadas Aborigin di Kimberley lainnya. Tujuannya untuk mengetahui lebih lanjut tentang sarang tawon yang berhubungan dengan lukisan cadas secara akurat, dan periode dimulainya gaya naturalistik itu.
Mereka memperkirakan, bahwa sangat mungkin pada studi di masa depan akan menemukan lukisan cadas yang lebih tua.
Source | : | Nature,AFP,Australian Geographic |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR