Adapun terkait mumi anak kecil yang ditemukan, hasil CT scan mengungkapkan bahwa anak itu memiliki kulit, tendon, dan bahkan rambut yang sebagian terawetkan dengan alami sejak sekitar 6.000 tahun lalu. Saat meninggal sekitar 6 abad lalu anak itu masih berusia antara 6 dan 12 tahun dan diperkirakan berjenis kelamin perempuan.
Ahli prasejarah Ronit Lupu dari Israel Antiquities Authority (IAA) mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Jelas bahwa siapa pun yang mengubur anak itu telah membungkus dan meletakkan pinggiran kain ke bawahnya, seperti orang tua menyelimuti anak mereka. Seikat kecil kain digenggam di tangan anak itu."
Baca Juga: Sokushinbutsu, Ritual Biksu Jepang Mengubah Dirinya Menjadi Mumi
National Geographic memberitakan bahwa Gua Horor tersebut terletak di wadi atau ngarai Nahal Hever (Gurun Yudea). Pada awalnya gua itu dinamakan sebagai Gua 8 di gurun tersebut.
Gua 8 di Gurun Yudea kini lebih dikenal sebagai Gua Horor karena pada tahun 1960-an pernah ada temuan mengerikan di sana. Dari hasil penggalian arkeologi pada tahun 1960-an di sana, ditemukan sisa-sisa kerangka 40 orang dewasa dan anak-anak. Para arkeolog meyakini bahwa mereka adalah korban Yahudi yang berlindung dari pasukan Romawi selama Pemberontakan Bar-Kokhba tahun 132-135 M.
Upaya penggalian ke dalam Gua Horor ini tidaklah muda. Mulut gua terletak lebih dari 250 kaki di bawah puncak tebing terjal. Dulu, di zaman kuno, gua ini tampaknya hanya bisa diakses dengan menggunakan tangga tali.
Fragmen naskah kuno Alkitab dan mumi anak perempuan dari Gua Horor ini ditemukan bersamaan dengan penemuan benda-benda kuno lainnya, termasuk keranjang anyaman berusia 10.500 tahun dan dianggap sebagai keranjang anyaman tertua di dunia yang pernah ditemukan.
Baca Juga: Arkeolog Menemukan Keranjang Anyaman Tertua, Usianya 10.500 Tahun
Upaya penggalian arkeologi ini merupakan bagian dari penyelaman benda-benda kuno
yang diluncurkan pemerintah Israel sejak Oktober 2017. Upaya ini dilakukan menyusul adanya laporan penjarahan benda-benda kuno di Israel oleh para penjarah.
Sejak akhir 2017 itu hingga sekarang, tim arkeolog dari IAA setidaknya telah mensurvei sekitar 600 gua di bentangan tebing gurun sepanjang 45 mil di wilayah yang mencakup Israel dan Area C Tepi Barat. Dalam banyak kasus, para arkeolog harus turun ratusan kaki ke bawah tebing terjal dan menggali tumpukan kotoran burung dan kelelawar gua untuk mengungkap artefak-artefa yang mungkin menjadi target para penjarah.
“Selama bertahun-tahun, kami mengejar para penjarah barang antik. Kami akhirnya memutuskan untuk mendahului para pencuri itu sebelum [artefak=artefak lain] disingkirkan dari tanah dan gua kami," kata Amir Ganor, kepala unit pencegahan pencurian IAA, dalam video yang dirilis bersama pengumuman pers.
Tujuan akhir dari proyek ini adalah untuk membuat katalog keseluruhan gua yang menutupi tebing gurun Yudea dan mendokumentasikan gua mana yang berisi benda-benda arkeologi. Selain akan menguntungkan semua arkeolog yang bekerja di wilayah tersebut, upaya ini juga akan memungkinkan unit pencegahan pencurian IAA untuk membidik situs-situs yang mungkin sangat rentan terhadap penjarahan.
“Kami tahu persis di mana ada kesempatan untuk menemukan [artefak-artefak], dan di mana para penjarah bisa menggali tapi tidak akan menemukan apapun. Jadi itu sangat membantu kami,” kata Eitan Klein, wakil direktur unit pencegahan pencurian IAA. Ia mencatat bahwa lebih dari 50 persen gua yang didokumentasikan sejauh ini tidak mengandung benda-benda arkeologi apa pun.
Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon
Source | : | Business Insider,National Geographic |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR