Nationalgeographic.co.id—Sebuah syair tuturan lisan bertajuk Smong dari Pulau Simeuleu menarik perhatian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Republik Indonesia. Petikan syair tentang smong atau tsunami yang dituturkan masyarakat Pulau Simeulue itu adalah sebagai berikut.
Enggel mon sao curito (Dengarlah sebuah cerita)
Inang maso semonan (Pada jaman dahulu)
Manoknop sao fano (Tenggelam satu desa)
Uwi lah da sesewan (Begitu mereka tuturkan)
Unen ne alek linon (Diawali gempabumi)
Fesang bakat ne mali (Disusul ombak besar sekali)
Manoknop sao hampong (Tenggelam seluruh negeri)
Tibo-tibo mawi (Tiba-tiba saja)
Anga linon ne mali (Jika gempabuminya kuat)
Uwek suruik sahuli (Disusul air laut yang surut)
Maheya mihawali (Maka segeralah cari)
Fano me singa tenggi (Tempat kalian yang lebih tinggi)
Ede smong kahanne (Itulah ‘smong’ namanya)
Turiang da nenekta (Sejarah nenek moyang kita)
Miredem teher ere (Ingatlah ini betul-betul)
Pesan dan navi da (Pesan dan nasihatnya)
Pada Selasa, 20 April 2021, Kepala BNPB Doni Monardo melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Simeulue, Pulau Simeulue, Provinsi Aceh. Doni beserta rombongan terbang dari Banda Aceh dan mendarat di Simeulue melalui Bandara Lasikin pukul 17.30 WIB.
Baca Juga: Menyingkap Waktu Tsunami Aceh dari Catatan Alam di Gua Euk Leuntie
Source | : | BNPB |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR