Dengan beralihnya penggunaan sedotan plastik menjadi sedotan metal bukanlah memperbaik keadaaan, melainkan memperburuk keadaan Bumi. Dari penelitian tersebut disimpulkan, bahwa sedotan metal lebih membahayakan lingkungan daripada penggunaan sedotan plastik. Penggunaan sedotan metal sebagai pengganti sedotan plastik bukanlah solusi terbaik yang dilakukan.
Untuk mengatasi masalah lingkungan, upaya terbaik pertama yang kita lakukan adalah berhenti menggunakan sedotan—baik plastik maupun metal—dan minum tanpa meggunakan sedotan.
The Happy Turtle Straw, perusahaan pencipta inovasi, mengklaim produk sedotannya sebagian besar terbuat dari kentang dan tapioka sehingga tidak mengandung bahan kimia. Oleh karena itu, sedotan ini bisa dipakai hingga dua sampai tiga jam saja. Sedotan ini bahkan dikatakan bisa dimasak seperti mie atau menggorengnya setelah digunakan sebagai camilan.
Jika dibuang ke sungai atau laut, sedotan ini bisa dimakan oleh ikan. Kalaupun tidak dimakan, sedotan ini sepenuhnya biodegradable dan dapat terurai dalam 90 hari.
Inovasi ini akan memastikan tidak ada sampah sedotan yang berkeliaran di laut dan merusak kehidupan disana. Dilansir dari World Economic Forum, pendiri The Happy Turtle Straw terinspirasi oleh video penyu yang mati karena sedotan plastik pada 2017.
Pendiri The Happy Turtle Straw pun kini telah turut menyampaikan pendapatnya dalam pertemuan global tentang sampah plastik di lautan. Plastik yang berenang bebas di lautan diprediksi telah membunuh lebih dari 100.000 hewan laut setiap tahun dan lebih dari satu juta burung laut.
Source | : | World Economic Forum |
Penulis | : | Celine Veronica |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR