Mereka mengontrak rumah di Cirendei, Jakarta dan sandiwara itu sukses berbulan-bulan hingga akhirnya tetangga curiga karena Pak Bupati ini selalu bilang "injih-injih" kepada istrinya. Sikap kedua anak angkat itu juga mencurigakan karena tidak pernah manja ke orang tuanya, kata Ilham. Dari situ keduanya ditangkap.
Tanti juga berpindah-pindah penjara. Di dalam sel ia membuat baju untuk anaknya meski salah ukuran. Dia selalu menduga anak-anaknya masih kecil. "Begitu dipakai, bajunya kekecilan," kata Ilham.
Sekitar 16 tahun ia tidak bertemu anak-anaknya. Paman mereka, yang merawat anak-anak Tanti tak berani menjenguknya di Bukti Duri. Setelah sembilan tahun sakit-sakitan, ia meninggal pada 1991.
Baca Juga: Masa Kecil Dipa Nusantara Aidit dan Pertemanan dengan Buruh Tambang
Kemudian Ibarruri Putri Alam dan Ilya Aidit (dua putri Aidit) memilih untuk berlabuh di Paris. Keduanya terakhir bertemu dengan sang ayah saat berlibur ke Jakarta pada Mei-September 1965. Menurut Ibarurri, sang ayah menatapnya aneh. " Seperti ada sesuatu dalam tatapannya itu," kata Iba.
Bersama ibunya, ia sudah menginjakan kaki di Moskow pada 1958. Setahun kemudian Ilya yang baru berumur delapan tahun menysul.
Setelah peristiwa 30 September, Iba dan Ilya tidak tahu keadaan keluarga. Surat kabar simpang siur, ada yang bilang Aidit mati ada yang bilang ia ke Hong Kong dengan kapal selam.
Sampai seorang utusan dari Partai Komunis Soviet memberi kabar bahwa Aidit ditembak pada 13 November 1965. Dua gadis itu kemudian berkelana dari suatu negara ke negara lain. Mereka pergi ke Beijing, Cina, dan Burma, sebelum akhirnya menetap di Paris.
Kemudian Iwan Aidit dan si kembar Ilham dan Irfan (anak laki-laki Aidit) dijemput adik lelaki Soetanti yang bekerja sebagai direktur di perusahaan pelayaran bernama Djakarta Lyold. Dari rumah itu mereka dipindahkan ke Bandung tempat Paul Mulyana, saudara ibu mereka. Setelah Paul pergi ke Belanda untuk kuliah, mereka pindah ke rumah saudara Paul bernama Yohanes Mulyana.
Baca Juga: Njoto Belajar Komunis dan Jadi Tiga Serangkai dengan Aidit dan Lukman
Source | : | Aidit Dua Wajah Dipa Nusantara |
Penulis | : | 1 |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR