"Kami menemukan tubuh dan cangkang siput darat betina yang terawetkan dengan sangat baik, tak lama setelah kelahiran lima anaknya, yang juga terawetkan dalam ambar," tambahnya.
Seperti diketahui, ambar adalah resin pohon yang menjadi fosil dan dihargai karena warna serta kecantikannya.
Dikutip dari Phys.org, Jochum bersama dengan rekan-rekan peneliti lain dari China dan Jerman, memeriksa ambar menggunakan fotografi resolusi tinggi dan CT scan. Dari situ, terungkap bahwa cangkang siput memiliki tinggi sekitar 11 milimeter.
"Siput itu tampaknya terbungkus dalam resin pohon segera setelah lahir dan diawetkan dalam posisi itu selama jutaan tahun yang lalu. Induk siput pasti telah menyadari nasibnya yang akan datang dan meregangkan tentakelnya dalam posisi 'waspada merah'," jelas Jochum.
Para peneliti menemukan bahwa induknya merupakan spesies Cyclopoid yang baru ditemukan dan mereka beri nama Cretatortulosa gignens.
Baca Juga: Robot Ikan Siput Mampu Menjelajahi Palung Mariana, Laut Terdalam Bumi
"Sama seperti kerabat modern mereka dari genus Cyclophoroidea, penemuan baru kami mungkin menghabiskan hidupnya secara tidak mencolok pada daun yang mati dan membusuk. Kami berasumsi bahwa anak-anak dari spesies ini jika dibandingkan dengan siput bertelur, lebih kecil dan lebih sedikit jumlahnya peluang mereka bertahan hidup," terang Jochum.
Menurut para peneliti, siput darat tersebut mungkin telah berevolusi melahirkan anak hidup-hidup untuk melindungi keturunannya dari pemangsa selama mungkin di hutan tropis Kapur.
Selain menemukan fosil dari tambang ambar di Myanmar Utara yang sangat langka, penemuan ini juga menambah wawasan baru tentang ekologi dan prilaku siput yang hidup 99 juta tahun lalu.
"Berdasarkan penemuan, kami tidak hanya dapat membuat pernyataan tentang morfologi dan paleoekologi hewan, tetapi kami sekarang juga tahu bahwa siput vivipar ada pada periode Cretaceous," tambah Jochum.
Kini, siput dalam ambar ini berada dalam koleksi Dexu Paleontology Institute di Chaozhu, Cina dan diterbitkan dalam jurnal Cretaceous Research.
Baca Juga: Fosil Tumbuhan Tertua di Afrika Ungkap Sejarah Kehidupan di Bumi
Sudut Pandang Baru Peluang Bumi, Pameran Foto dan Infografis National Geographic Indonesia di JILF 2024
Source | : | phys.org |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR