"Artefak yang ditemukan di bawah Great Lakes ini berasal dari sumber geologis di Oregon, 4.000 kilometer jauhnya —menjadikannya salah satu jarak terjauh yang tercatat untuk artefak obsidian di mana pun di dunia."
Studi unik ini adalah hasil kolaborasi dari para penyelam di dalam air dan para peneliti di laboratorium dari University of Texas di Arlington, University of Michigan, Lake Superior National Marine Conservation Area, University of Missouri Research Reactor Center, Northwest Research Obsidian Studies Laboratory, dan University of Georgia. Karya gabungan mereka yang berjudul "Central Oregon obsidian from a submerged early Holocene archaeological site beneath Lake Huron" telah terbit di jurnal PLOS One pada Mei 2021.
Di Danau Huron, situs penemuan arkeologi yang berada di bawah air dan tidak terganggu itulah, para peneliti secara sistematis dan ilmiah menemukan obsidian. Ini adalah suatu bentuk kaca vulkanik yang digunakan dan diperdagangkan secara luas sepanjang sejarah manusia sebagai bahan berharga untuk membuat alat tajam.
"Ini adalah potongan yang sangat kecil yang memiliki cerita yang sangat besar untuk diceritakan," ucap Lemke. "Obsidian dari Amerika Serikat bagian barat jauh jarang ditemukan di timur."
Baca Juga: Desa Bawah Air dari Zaman Perunggu Ditemukan di Danau Luzern Swiss
Lemke adalah pemimpin dan inovator di lapangan dalam studi ini. Ia menjabat sebagai ketua Dewan Penasehat Arkeologi Bawah Air (Advisory Council on Underwater Archaeology), sebuah kelompok internasional yang didedikasikan untuk arkeologi bawah air dan pelestarian sumber daya budaya bawah air. Dia adalah ahli situs-situs kuno yang terendam di Amerika dan telah meneliti ke daerah-daerah lain seperti Teluk Meksiko dan Samudra Atlantik.
Temuan di Danau Huron ini adalah bagian dari studi yang lebih luas untuk memahami organisasi sosial dan ekonomi para pemburu karibu di akhir zaman es terakhir. Tingkat air jauh lebih rendah pada periode tersebut. Para ilmuwan telah menemukan, misalnya, situs-situs kuno seperti dinding batu dan tirai berburu yang sekarang berada 100 kaki di bawah air.
"Penemuan khusus ini sangat menarik karena menunjukkan betapa pentingnya arkeologi bawah air," kata Lemke. "Kelestarian/keawetan situs-situs bawah air kuno itu tidak seperti di darat, dan tempat-tempat ini telah memberi kami kesempatan besar untuk belajar lebih banyak tentang orang-orang masa lalu."
Baca Juga: Nasib Kapal-Kapal Kuno yang Tenggelam di Jalur Rempah Nusantara
Source | : | PLOS ONE,SciTechDaily |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR