Dengan ukuran 50 sentimeter dan berat mencapai satu kilogram, ikan salem yang kulihat sama besarnya dengan ikan yang kutangkap seumur hidupku saat memancing di Pasifik Barat Laut—tetapi ikan itu pun mulai berubah menjadi lebih mirip leluhurnya. Sembilan tahun setelah Crisafulli mulai mengamati mereka, entah karena Lake Spirit mulai menjadi tidak begitu produktif atau karena terlalu banyak ikan salem yang bersaing untuk mendapatkan makanan atau kombinasi keduanya, berat rata-rata ikan ini telah berkurang setengahnya.
Dan mengenai ikan itu sendiri, argumennya menjadi lebih dalam: Untuk apa dibuat monumen?
Pertanyaan semacam itu muncul di mana-mana. Bila dua puluh tahun setelah letusan dianggap sebagai awal meledaknya monumen—dalam bentuk berdirinya lima pusat pengunjung, jalan ratusan kilometer, dan jutaan pengunjung—maka apa yang kita saksikan hari ini dapat dikatakan sebagai sebuah kegagalan. Pusat terbesar, Coldwater Ridge, yang memamerkan upaya-upaya pemulihan biologi, ditutup tahun 2007 karena menyusutnya anggaran. Bagian barat dikawal oleh dua orang pemandu ahli yang bekerja secara penuh; bagian selatan dan timur hanya dijaga satu orang. Yang membuat monumen ini bertahan adalah para sukarelawan LSM Mount St. Helens Institute, pekerja musiman, dan pegawai magang. Tujuh puluh persen dari anggaran rekreasi sebesar 1,8 juta dolar (sekitar 16,5 miliar rupiah) berasal dari para pengunjungnya. Sisanya tergantung kepada Hutan Nasional Gifford Pinchot, dan dana itu sebagian besar dialokasikan untuk kegiatan pemadam kebakaran. Walaupun tidak didukung angka statistik pegawai monumen dan pemilik bisnis seperti Mark Smith sepakat bahwa kunjungan telah menurun jauh sejak kejayaannya pada periode 1980-an dan 90-an. Seperempat dari pengunjung yang datang adalah orang asing, yang berkemah atau tinggal di sejumlah losmen. Pengunjung dalam negeri cenderung hanya datang satu hari, mengemudikan mobil melalui Jalan Tol Memorial Lake Spirit dan melewati bangunan Coldwater untuk berkunjung sejenak kemudian kembali mengarah ke Interstate 5.
Beberapa orang berharap agar Taman Nasional Mount St. Helens berdiri, dengan mengalirnya pendanaan dari kongres, akomodasi, dan lebih banyak uang untuk penelitian. Dana mulai mengalir, dengan adanya stimulus federal lebih dari 55,2 miliar rupiah tahun lalu ditambah hibah sebesar 1,5 miliar rupiah kepada Mount St. Helens Institute untuk pameran di ujung Jalan Tol Memorial Lake Spirit. Ulang tahun ke-30 berarti ketertarikan baru. “Dalam pidato saya di St. Helens saya mencoba mengajak orang-orang untuk menyadari bahwa gunung berapi tidaklah statis,” ujar Sean Smith dari Asosiasi Konservasi Taman Nasional, mantan jagawana St. Helens, yang kini mendorong dinaikkannya status taman itu. “Saya mengacungkan sebuah sketsa dan mengatakan monumen itu seperti gambar ini. Alam mengendalikan sebuah tombol. Masyarakat memiliki tombol lainnya.”
“Dalam kasus yang lebih besar daripada St. Helens, taman melawan monumen adalah sebuah titik dalam sejarah,” ujar staf monumen, ilmuwan Peter Frenzen, yang mulai bekerja di samping Crisafulli pada minggu-minggu pertama setelah letusan itu. “Akses ke Lake Spirit hanyalah sebuah titik dalam sejarah.” Mereka yang pernah berjalan melewati daerah ledakan selama tiga dekade terakhir ini akan melihat awal sebuah proses yang lebih penting. Terobosan cukup kecil—sebuah tanaman yang menyeruak di tengah-tengah debu tidak lagi dinilai sebagai sebuah keajaiban—tetapi kecepatan perubahannya sangat luar biasa, skalanya melebar. Ada semacam kearifan, bukan sekadar eureka.
!break!
Pada suatu hari lain yang cerah di musim panas, saya kembali menyeberangi Dataran Pumice, kali ini untuk bergabung bersama tiga orang ilmuwan muda yang telah direkrut Crisafulli untuk menyurvei Lake Spirit. Tujuannya adalah menciptakan peta ekosistem berskala besar pertama dari lingkungan perairan—kehidupan tanamannya, gundukan tanah dari puncak gunung berapi yang telah muncul kembali ke permukaan air, ikan di dalam air. Sebuah alat gema ditempelkan di lambung kanan perahu kami, mesin dibiarkan menyala, kami terus merayap maju. St. Helens, atau yang tersisa darinya, memenuhi cakrawala. Pada layar digital, para ilmuwan menunjuk sejumlah garis yang janggal—entah ikan salem atau batang pohon yang tenggelam, terpancang vertikal di dalam air. Kami tidak akan tahu sampai data itu masuk ke laboratoritum. Jadi mereka membawa saya ke tempat yang lebih dangkal, sebelah selatan dari tempat yang dahulunya dikenal sebagai Air Terjun Harmony, di mana mereka tahu apa yang sedang mereka cari. Saat mengintip ke air jernih Lake Spirit, saya juga langsung tahu. Tiga dekade setelah letusan itu, dengan suasana pegunungan yang tenang dan danau yang hidup, saya melihat apa yang telah dilihat Mark Smith sebelumnya: sebuah hutan yang membatu.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR