Andreas berkisah, kini para petani AB2TI mengaku sedang didata oleh pemerintah, untuk pembagian benih impor dari Tiongkok. Perlukah benih varietas lokal yang memiliki demikan banyak keunggulan kalah di negerinya sendiri?
“Tuhan memberi sesuai jadwalnya masing-masing,” Bibong Widyarti, seorang praktisi organik, mengingatkan. Ia yakin bahwa ada banyak benih lokal yang sesuai dengan musim yang ada di Indonesia. “ Contohnya padi gogo yang bisa ditanam di lahan kering, atau di tempat yang panas berkepanjangan,” ungkapnya.
Syarat pelaksanaan pertanian organik adalah benih lokal, namun ia mengakui salah satu kendala adalah benih yang terancam. Menurutnya revolusi hijau dengan penyeragaman benih hibrida, pupuk dan pestisida, turut menjadi penyebab hilangnya benih lokal.
Padahal menurut Bambang, yang merupakan pengurus AB2TI Karanganyar, justru padi persilangan IF8 yang mereka tanam, harus sesedikit mungkin mendapat perlakuan dengan sentuhan kimia. Karena semakin organik perlakuan mereka terhadap varietas tersebut, semakin banyak pula hasil yang mereka dapatkan.
“Kesalahan terbesar dalam pembangunan pertanian adalah menganggap ada pertanian yang unggul di semua tempat. Itu konsep agronomis yang salah kaprah sama sekali. Tidak mungkin satu varietas, satu galur ataupun satu tanaman unggul di semua tempat. Itu tidak mungkin,” tegas Andreas dengan berapi-api.
(Apa yang dilakukan oleh para petani, peneliti, bahkan masyarakat dalam menyelamatkan benih varietas lokal? Ikuti kisahnya dalam majalah National Geographic edisi cetak Mei 2015 dalam "Berburu Benih")
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR