Penyemprotan pencegahan turunkan kasus DBD di Makassar
Jumat, 28 Januari 2011 | 09:31 WIB
Angka infeksi virus demam berdarah di Makassar turun drastis dalam waktu empat tahun terakhir. Penurunan itu disebabkan oleh penyemprotan sebelum terjadi kasus demam berdarah. Diharapkan, penurunan ini dapat diikuti oleh daerah lain.
Sebelum 4 tahun terakhir, rata-rata infeksi virus demam berdarah dalam setahun adalah 896 kasus. Sejak Selama empat tahun terakhir, angka itu menjadi 292 kasus per tahun. Demikian lapor Isra Wahid dari Novartis-Eijkman Institute-Hassanuddin University Clinical Research Institute (NEHCRI), lembaga penelitian yang dibentuk Singapura dan Indonesia untuk mendeteksi penyakit, khususnya penyakit tuberkulosis dan dengue.
Sejak tahun 2006, Wahid dan timnya dari NEHCRI berusaha menurunkan tingkat kasus demam berdarah di Makassar. Isra tidak melakukan penyemprotan jentik dan nyamuk setelah laporan kasus--hal yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan setempat. Wahid dan timnya justru memburu jentik nyamuk jauh-jauh hari, sebelum laporan kasus meningkat.
Dua bulan sebelum puncak musim hujan, mereka melakukan survei Angka Bebas Jentik (ABJ) selama dua minggu. Survei dilakukan oleh sekitar 1.000 kader dan petugas puskesmas di Makassar. Jika suatu kelurahan memiliki angka ABJ kurang dari 60 persen, penyemprotan dilakukan tanpa mengganggu jadwal penyemprotan Dinas Kesehatan. Hasilnya? Penurunan yang tadi sudah disebutkan.
Dengan penyemprotan sebelum kasus muncul, "justru insektisida yang digunakan jadi lebih efisien dan nyamuk tak akan menjadi resisten di daerah tertentu," Wahid menjelaskan. "Bayangkan jika semua daerah yang terjangkit demam berdarah di Indonesia bisa melakukan ini," lanjutnya penuh harap. (Titania Febrianti, sumber: National Geographic Indonesia)
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Bobo Fun Fair x Jelajah Kuliner Bintang Hadir di Uptown Mall BSB City Semarang
KOMENTAR