Kolumnis Space.com mengutarakan manfaat Earth Hour, selain untuk hemat energi, juga untuk mendapatkan kesempatan mengatami pengaruh polusi cahaya.
"Dalam dua dekade terakhir, pencahayaan yang berlebihan dan mencolok pada malam hari telah mencemari langit," tulis Joe. "Ini membuat kita semakin kehilangan pemandangan langit di malam hari," lanjutnya.
Sebagai ilustrasi, Joe menyebutkan, penduduk yang tinggal di daerah pinggiran kota New York hanya bisa melihat 250 bintang, sepersepuluh dari jumlah keseluruhan yang bisa dilihat jika langit benar-benar gelap. Sementara dari daerah Brooklyn, Queens, Staten Island, dan Bronx, diperkirakan hanya bisa terlihat 50 bintang. "Anda termasuk beruntung kalau bisa melihat 15 bintang sekaligus jika sedang berada di pusat kota New York," ujarnya.
Melalui gerakan Earth Hour akan terlihat jelas perbedaan langit malam ketika lampu-lampu dipadamkan. Begitu pula tahun ini saat lampu-lampu di berbagai ikon kota maupun negara, gedung-gedung perkantoran serta perumahan di seluruh dunia ikut serta memadamkan listrik selama satu jam. Apabila cuaca cerah, langit malam ini tentu akan terlihat lebih indah.
Dari kegiatan sebelumnya, Earth Hour telah terbukti mampu menghemat ratusan megawatt hanya di wilayah Jawa-Bali. Ketika pertama kali ikut serta tahun 2009, energi yang berhasil dihemat selama satu jam Earth Hour di DKI Jakarta dan Tangerang mencapai 50 megawatt, dan 180 megawatt di wilayah Jawa-Bali. Tahun berikutnya meningkat jadi 120 megawatt di DKI Jakarta dan Tangerang serta 811 megawatt di wilayah Jawa-Bali. (Sumber: Space, WWF)
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Usmar Ismail: Tokoh NU Bergelar Pahlawan yang Berdakwah Lewat Budaya
KOMENTAR